Bila diperkenankan, maka izinkanku menulis tentangmu.
Aku tak menyangka, begitu eloknya apresiasi yang kauselipkan dalam sebuah perkenalan. Sama sekali tak pernah bersua, nyatanya tak menjadi penghalang untuk berbagi cerita. Kau, di ujung kota yang kusebut sebagai kota sejuta rindu, tanpa terduga mampu merangkai kesamaan menjadi sedikit padu. Alih-alih merencanakan, bahkan menemukanmu saja baru kulakukan kemarin senja. Ketika sinarnya masih malu-malu untuk menjingga.
Bolehlah bila kumenyebutmu Senja.
Senja yang semula kukira adalah sosok yang pendiam, nyatanya tidak demikian. Senja adalah pribadi yang asyik. Ia mampu membumbui perkenalan yang biasanya kaku menjadi sangat menarik. Diiringi oleh kisah-kisah yang ditulisnya di sebuah kota pendidikan, ia mampu membuatku hanyut dalam karyanya. Tak memungkiri, bahwa aku pun menyukai pena. Mengapa? Karena dengan pena, mampu kusampaikan apa yang mengendap dalam jiwa dan membongkarnya dalam deret aksara. Ini bukan sesuatu yang kureka-reka. Memang begini adanya.
Kisah lain dari Senja, kutahu dia adalah aktivis organisasi. Sama halnya denganku, tetapi berbeda tingkatan meskipun sama-sama bernaung dalam bendera yang sama. Mungkin ini juga yang menjadi ketersambungan antara satu dan lain hal. Bisa enjoy dalam berbincang, sama-sama mengulik informasi, dan kautahu? Senja adalah saudara dari salah satu bintang-bintangku. Itu pun kutahu dari beberapa tampilan yang muncul dalam salah satu media sosialnya. Begitu sempitnya dunia ya?
Hai, Senja yang mendulang cerita. Bilalah kaumenyapa dalam karya, maka inilah yang mampu kuselipkan sebagai balasannya. Pernah kumendoa akan sebuah waktu yang mempertemukan dengan apa yang didamba. Kaukah jawabnya? Entahlah. Kupasrahkan semua kepada-Nya, Sang Pemilik Hati seluruh insan dunia.
Di antara senja dan sebaris aksara yang entah mengapa mampu kukirimkan kepadanya. Tanpa terduga.
-UR-
01042018
Aku tak menyangka, begitu eloknya apresiasi yang kauselipkan dalam sebuah perkenalan. Sama sekali tak pernah bersua, nyatanya tak menjadi penghalang untuk berbagi cerita. Kau, di ujung kota yang kusebut sebagai kota sejuta rindu, tanpa terduga mampu merangkai kesamaan menjadi sedikit padu. Alih-alih merencanakan, bahkan menemukanmu saja baru kulakukan kemarin senja. Ketika sinarnya masih malu-malu untuk menjingga.
Bolehlah bila kumenyebutmu Senja.
Senja yang semula kukira adalah sosok yang pendiam, nyatanya tidak demikian. Senja adalah pribadi yang asyik. Ia mampu membumbui perkenalan yang biasanya kaku menjadi sangat menarik. Diiringi oleh kisah-kisah yang ditulisnya di sebuah kota pendidikan, ia mampu membuatku hanyut dalam karyanya. Tak memungkiri, bahwa aku pun menyukai pena. Mengapa? Karena dengan pena, mampu kusampaikan apa yang mengendap dalam jiwa dan membongkarnya dalam deret aksara. Ini bukan sesuatu yang kureka-reka. Memang begini adanya.
Kisah lain dari Senja, kutahu dia adalah aktivis organisasi. Sama halnya denganku, tetapi berbeda tingkatan meskipun sama-sama bernaung dalam bendera yang sama. Mungkin ini juga yang menjadi ketersambungan antara satu dan lain hal. Bisa enjoy dalam berbincang, sama-sama mengulik informasi, dan kautahu? Senja adalah saudara dari salah satu bintang-bintangku. Itu pun kutahu dari beberapa tampilan yang muncul dalam salah satu media sosialnya. Begitu sempitnya dunia ya?
Hai, Senja yang mendulang cerita. Bilalah kaumenyapa dalam karya, maka inilah yang mampu kuselipkan sebagai balasannya. Pernah kumendoa akan sebuah waktu yang mempertemukan dengan apa yang didamba. Kaukah jawabnya? Entahlah. Kupasrahkan semua kepada-Nya, Sang Pemilik Hati seluruh insan dunia.
Di antara senja dan sebaris aksara yang entah mengapa mampu kukirimkan kepadanya. Tanpa terduga.
-UR-
01042018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar