Selamat datang di blogku ^_^

Kamis, 19 April 2018

Tentang Ketulusan, Rasa Cinta, dan Percaya


Sejak kemarin ada yang terasa kurang pada diri. Mungkin karena tak ada larik kalimat yang mampu dihasilkan di antara kemelut aktivitas yang menghampiri. Namun, kali ini akan kutuntaskan apa yang tak terungkap dari memori. Agar tidak ada rasa bersalah dan ketidaknyamanan yang menaungi.

Ini adalah tentang hari ini. Kamis, 19 April 2018. Seperti biasa kutunaikan tugasku ke arah barat menuju bintang-bintangku. Rasa lelah masih sedikit menggelayuti. Mungkin karena memang beberapa pekan ini aktivitas silih berganti mengiringi, tetapi segaris senyum dan wajah ceria para bintang itu seakan menjadi obat yang bisa menghilangkan semua rasa lelah itu. 

Pagi ini kesibukan di tempat kerjaku sudah terlihat dari sejak pertama masuk kantor. Setelah kuselesaikan bekal sarapanku, aku pun langsung membuka laptop, mengerjakan apa yang harus kukerjakan. Sembari kubalas pesan dari dia yang di seberang sana dan tak lupa kuselipkan kata-kata pembangun semangat dan doa-doa kepada-Nya, sebagaimana yang selalu dikirimkannya ke aku. Syahdu sekali bukan? Tak lama kemudian, aku pun melangkahkan kaki ke ruang kelas di lantai 3. Kuajak mereka berdiskusi perihal apa yang menjadi materi pembahasan kali ini. Cerita-cerita pendukung pun diselipkan agar lebih mudah memahami apa yang dibicarakan. Sembari aku menahan agar suaraku tak parau dan akan tetap terdengar syahdu di telinga mereka sampai akhir jam pembelajaran. Begitu pun ketika saya berpindah ke kelas satunya. Hari ini sepertinya suara tak begitu bersahabat dengan empunya. Benar-benar harus terjaga agar tidak habis ketika sedang diperlukan.

Azan Zuhur bergema. Sebagaimana biasa dia yang di sana tiada henti mengingatkan untuk mendirikan salat tepat pada waktunya. Benar-benar bentuk perhatian yang luar biasa bagi saya. Usai salat dan bersantap siang bersama para kolega, aku harus mengerjakan tugasku yang lain. Esok hari akan ada sebuah acara bagi para bintang yang akan menghadapi Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Sebagai bagian konsumsi, harus kupersiapkan beberapa hal demi kelancaran acara. Kesana-kemari untuk memesan makanan, snack, dan lain-lain. Tidak ada yang perlu dikeluhkan, cukup dikerjakan dengan ikhlas. Lagi pula ada menemani untuk mempersiapkan. Jadi masih bisa saling bercengkerama selama di jalan ke tempat-tempat yang akan dituju.

Siang itu, kami menuju ke satu tempat dahulu. Memesan snack untuk penyambutan para tamu. Tidak seberapa jauh sebenarnya, tapi karena tidak hafal jalan dan memang kurang bisa menghafal jalan, aku rasa perjalanan itu lumayan jauh. 20 menit dari tempat kerjaku. Setelah memilih dan membayar pesanan, kami pun kembali. Tidak ada perasaan apa pun ketika kembali. Namun, ketika sampai di kantor, di atas mejaku sudah ada sebuah benda kotak yang terbungkus dengan kertas cokelat, rapi sekali. Di depan dan di belakang kotak terbungkus tersebut ada tulisan pengirim dan penerimanya.

Ingatanku melayang ke percakapan hari lalu dengannya. Dia mengatakan hendak mengirimkan beberapa buku untuk dapat kubaca, tetapi sama sekali tak kusangka secepat ini sampai di tanganku. Sambil sesekali kuambil gambarnya dan kukirimkan kepadanya - pembuat kejutan ini - aku pun mulai membuka kotak berbungkus kertas cokelat itu. Bismillah... Dengan hati-hati kubuka bungkusan tersebut dan kudapati tiga buah buku di dalamnya. Kaget, senang, dan bahagia pastinya. Tercengang, tak mampu berkata-kata. Hanya bisa mengungkapkan apa yang dirasa lewat rangkai kalimat yang bertata. Kali ini kaubenar-benar berhasil mengembangkan senyum dan menghalau lelahku. 

Tiga buku. Aku mengamatinya satu-persatu. Namun, ada satu buku yang menarik perhatianku. Buku yang mencantumkan namamu. Ya, buku yang merupakan karyamu sendiri. Excited pastinya, terlebih ketika kau berkata, "Wait another package beside these three books. And i wanna know your expression after knowing it..." dalam pesanmu.

Aku merasa bagai mendapat berbagai kejutan dalam paketmu. Aku tersenyum. Aku terharu. Aku bahagia. Tak mampu kuungkap bagaimana rasa yang mengendap dalam diriku. Berkali-kali syukur kuucapkan kepada-Nya atas anugerah yang diberikan kepada kita. Air mata rasanya berlomba ingin segera menghujan. Beruntung suasana kantor sedang sepi, teman-temanku sedang menyapa bintang-bintangnya, dan yang lain sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Setetes air mata haru tanpa terasa mengalir di antara senyum yang tergaris di bibir. Terima kasih Ya Rabb, bimbing kami dalam cinta-Mu.

Dan bagiku "it's not about the book, but sincerely behind it." 

Kusampul dengan rapi buku darimu, terutama buku karyamu, dan pasti akan kulahap habis setelahnya. Baru kemudian akan kureview bagaimana isinya. Bukankah itu yang kemarin sempat kita bicarakan di chatting? Aku benar-benar berterima kasih kepadamu atas segala kejutan yang kauhadirkan di hidupku. Sebagai calon imam yang akan membimbing, mendampingi, dan membersamaiku di bumi-Nya, izinkanku berucap bangga kepadamu yang tiada henti menjaga, mengingatkan, dan tak pernah bosan mendengar segala keluh-kesah dan kisahku. Sekali lagi terima kasih, calon imam. 

Aku mungkin bukanlah sosok yang romantis, aku hanya bisa menitipkan rasaku dalam baris yang puitis. Namun tak lupa kusandarkan pada-Nya pula Dzat Yang Maha Romantis. Agar senantiasa manis segala yang telah, sedang, dan akan segera kita lukis.

Di antara gemulai letih yang menghadang laju,
kemelut rintik yang menjadikan senja abu-abu, 
serta inspirasi yang tetiba saja menggebu-gebu

Kutuliskan larik yang semoga saja selalu kaurindu
Meski telah berkali-kali kaubaca susun aksaraku
Semoga tiada bosan membacanya di waktu luangmu

Atas segala percaya yang tertata
Cinta yang didasarkan atas-Nya
Rindu yang disandarkan pada-Nya
Senantiasa kulantunkan doa di antara ayat-ayat-Nya
Semoga kamu dan aku dapat menjaga amanah-Nya
Menggapai keridhoan dan restu-Nya menuju hari bahagia

20.22 WIB
19 April 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar