23 Juni 2018
Entah mengapa, kala itu detik
berlalu dengan begitu anggunnya. Seakan tahu bahwa hari itu, separuh hati ini
tengah diliputi kecamuk rasa yang tak mampu terekspresikan dalam kata. Sebab
untuk pertama kalinya, seorang pemuda dengan serius hendak mendatangi gubuknya
dan bermaksud meminta diri ini menjadi permaisurinya. Dan atas rida-Nya, kini
kedua insan itu telah dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan.
Rasa tak percaya seakan masih
menggelayut mesra dalam dada. Sebab sama sekali tiada menyangka kekuatan
kata-kata mampu menyatukan dua anak manusia. Hanya selarik kata dan komunikasi
biasa layaknya anak muda, nyatanya menyimpan kekuatan magis yang mampu
menyumbangkan episode dalam cerita.
Pertemuan itu pun, kini menjadi
sebuah keindahan yang akan melahirkan beribu kisah dalam kehidupan. Terima
kasih telah memilihku untuk menjadi pendampingmu. Di antara ratusan temu yang
mungkin pernah hinggap dalam hidupmu dan hidupku, semogalah tetap pertemuan
kita yang senantiasa terkenang dan abadi dalam sukma.
Pada
deret aksara yang tiada sengaja teruliskan dalam kata
Kusapa
sesosok insan yang tiada kutahu dia siapa
Dengan
dorongan keberanian yang entah darimana datangnya
Kurapal
bismillah dengan yakin dan percaya
Bila
memang ini jalan-Nya, maka dialah yang memang dipersiapkan oleh-Nya
Walau
berkali-kali harus pula tercecap was-was dan bimbang yang menyala-nyala
Seminggu
berselang, kudapati sebuah pinta mengalun dalam gelombang suara
Mengajukan
sebongkah tanya yang entah mengapa ingin segera kujawab iya saat itu juga
Meski
belum pernah bertatap dalam sua
Nyatanya,
bila hati telah menentukan dan takdir-Nya telah berbicara
Tidak
ada yang mampu menghalangi cinta yang datang dari-Nya
Bahkan
diri pun seakan tiada percaya
Dan
kini, kuasa-Nya telah mempersatukan kita
Doa-doa
terbaik senantiasa kita alunkan bersama
Semoga
tiada bosan diri untuk saling mengingatkan bila lupa,
menegur
bila ada sesuatu yang tidak seharusnya
mengingatkan
bila ada sesuatu yang kurang mengena,
dan
tentu saja…
senantiasa
menjaga dalam setia,
Hari ini, mengingatkanku dengan
hari Sabtu saat itu. Kau dan aku saling malu-malu, tetapi sorot mata kita
saling melempar cahaya syahdu dan kesyukuran yang saling beradu. Tiada
kepura-puraan dan sesuatu yang tak tentu. Hanya ada sekuncup rasa yang perlahan
bermekaran dalam bahagia yang akhirnya saling kita tahu.
Sejak hari itu, hatiku senantiasa
menujumu.
-UR-
Bojonegoro, 23 Oktober 2018
21.32 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar