Selamat datang di blogku ^_^

Jumat, 06 September 2013

Menghapus Jejak Awan Hitam



Satu persatu kuamati air yang tercurah dari kabut gelap yang tergantung di langit, meniupkan kesejukan dan memperdengarkan harmoni merdu yang menghampiri gendang telinga. Anganku terbang bersama angin yang sayup-sayup berhembus. Beberapa hari yang lalu, aku dihadapkan dengan sekelumit perbincangan yang cukup memeras otak.
“Apa yang masih memberatkanmu, Syamsa?” Hampir puluhan kali aku mendengar pertanyaan ini meluncur dari mulut Hana, sahabatku yang paling setia meski tak jarang aku menyakiti hatinya. Dialah orang yang selalu percaya denganku.
“Aku tak tahu” Ucapku singkat sambil mengepulkan asap dihadapannya. Benda kecil inilah yang menjadi pelarianku sekaligus menjadi temanku saat suasana hatiku sedang tak menentu, seperti saat ini. Dan hanya Hana seorang yang mengetahui hal ini.

Janjiku


Terbangun aku dalam cintamu
Mengalir lembut dalam jiwaku
Menyatu padu dalam darahku
Yang takkan pernah dipisahkan

Cita


Kawan
Disini, berpijak kaki menggapai mimpi
Meraih angan yang telah lama tertulis dalam memori
Kesungguhan dan kerja keras menjadi jawaban
Yang telah menjadi kesibukan dan kebahagiaan

Negeriku


Hamparan laut seakan tak ada habisnya
Membentang di sekelilingmu
Melengkapi indahnya daratanmu
Yang luas dan mendamaikan hari

Kamis, 05 September 2013

Tatapan dalam Diam


Kemilau melati bermekaran menjemput mentari
Membawa serta senyum indah embun pagi
Selalu setia menyapa gemerlap bintang kehidupan
Meski sinarnya perlahan redup dan menjauh

Bintang



            Ketika bintang telah berhasil kugapai, bersamaan dengan itu pula sinarnya menghilang perlahan-lahan. Sebuah misteri yang sulit untuk kucerna. Dan akhirnya aku menyadari, tak selamanya intan yang menghiasi bentangan permadani malam terus indah dan bercahaya.
Semilir udara sejuk mengalir menyentuh keindahan senja yang sedang kunikmati lewat jendela kamarku. Segores tinta warna warni yang tertuang dalam hamparan kanvas nan memukau. Sungguh agung sang creator pemilik kehidupan dunia. Allahu Akbar !!
Sembari menikmati suasana, sesekali kugerakkan tanganku diatas sebuah diary kecil yang selama ini menjadi teman setiaku, tempatku mencurahkan perasaan secara bebas dan mengungkapkan semua hal yang tak pernah diketahui orang lain. Benar-benar teman yang bisa menjaga rahasia.
Dering ponsel menghentikan aktivitasku sejenak. Kulirik tulisan yang tertera didalamnya. Satu pesan dari Fikri, sahabat sekaligus orang terkocak yang pernah kutemui. Karena dia selalu bisa membuatku tersenyum saat diambang kesedihan, mungkin bukan hanya aku tapi juga orang yang mengenalnya. Sudah kuduga, pesan yang dikirimnya sama sekali tak penting. Kebiasaan!.

Rabu, 04 September 2013

Karena Kamu, Aku Sempurna



Tiara terus memandang keluar jendela kamarnya. Sejak lima menit lalu, belum sedetik pun dia melepas pandangannya. Percakapan yang dilakukannya beberapa saat lalu seolah terus menggelayut dalam pikirannya. Sulit baginya untuk memutuskan.
“Mama ingin kamu melanjutkan kuliah di sini, sayang.”
“Maaf, Ma, Tiara belum memikitkan hal itu.” Jemari Tiara berulang-ulang mengetuk pelan meja belajarnya.
“Kamu nggak boleh gitu dong, saying. Ini juga demi masa depan kamu. Mama hanya ingin yang terbaik buat kamu” Terang Intan, sang Mama.
“Iya, Ma. Tiara juga tahu itu. Tetapi Mama juga harus tahu kalau Tiara nggak mungkin pisah dengan Mutia.” Jelas Tiara lembut, “Ma, Mutia itu saudara sekaligus sahabat yang selalu setia kepada Tiara. Dia tempat berbagi sekaligus kawan yang tak pernah meninggalkan Tiara sendiri, dalam hal apapun. Seandainya nanti Tiara jadi nyusul Mama ke London, apa Mama bisa menjamin Tiara bakal nemuin orang sebaik dan selembut Mutia?” Lanjut Tiara panjang lebar.

Terangkai dalam Diam


Dingin membeku serupa salju
Meniupkan kemilau permata udara
Merangkul raga dalam diam
Sendiri, menatap pelangi hari

Ukiran Kenangan dalam Harapan


Meski asap kelabu terus mendominasi cakrawala
Namun tak mampu memudarkan cahaya surya
Walau terus hinggap sampai akhir senja
Tetapi malam ini lihatlah…
Bintangmu bersinar di antara milyaran lainnya

Bersama Sang Waktu


Berbalut cahaya pagi yang menaungi samudera waktu
Mengiringi langkah jemariku mengukir sebaris kata
Ungkapan sanubari yang tak terdengar sang lidah
Akan kutitipkan pada sekelompok udara
Kukirimkan untuk menemani pelayaranmu