Satu persatu
kuamati air yang tercurah dari kabut gelap yang tergantung di langit, meniupkan
kesejukan dan memperdengarkan harmoni merdu yang menghampiri gendang telinga.
Anganku terbang bersama angin yang sayup-sayup berhembus. Beberapa hari yang
lalu, aku dihadapkan dengan sekelumit perbincangan yang cukup memeras otak.
“Apa
yang masih memberatkanmu, Syamsa?” Hampir puluhan kali aku mendengar pertanyaan
ini meluncur dari mulut Hana, sahabatku yang paling setia meski tak jarang aku
menyakiti hatinya. Dialah orang yang selalu percaya denganku.
“Aku
tak tahu” Ucapku singkat sambil mengepulkan asap dihadapannya. Benda kecil
inilah yang menjadi pelarianku sekaligus menjadi temanku saat suasana hatiku
sedang tak menentu, seperti saat ini. Dan hanya Hana seorang yang mengetahui
hal ini.