Ketika bintang telah berhasil kugapai,
bersamaan dengan itu pula sinarnya menghilang perlahan-lahan. Sebuah misteri
yang sulit untuk kucerna. Dan akhirnya aku menyadari, tak selamanya intan yang
menghiasi bentangan permadani malam terus indah dan bercahaya.
Semilir udara sejuk
mengalir menyentuh keindahan senja yang sedang kunikmati lewat jendela kamarku.
Segores tinta warna warni yang tertuang dalam hamparan kanvas nan memukau.
Sungguh agung sang creator pemilik kehidupan dunia. Allahu Akbar !!
Sembari menikmati
suasana, sesekali kugerakkan tanganku diatas sebuah diary kecil yang selama ini
menjadi teman setiaku, tempatku mencurahkan perasaan secara bebas dan
mengungkapkan semua hal yang tak pernah diketahui orang lain. Benar-benar teman
yang bisa menjaga rahasia.
Dering ponsel
menghentikan aktivitasku sejenak. Kulirik tulisan yang tertera didalamnya. Satu
pesan dari Fikri, sahabat sekaligus orang terkocak yang pernah kutemui. Karena
dia selalu bisa membuatku tersenyum saat diambang kesedihan, mungkin bukan
hanya aku tapi juga orang yang mengenalnya. Sudah kuduga, pesan yang dikirimnya
sama sekali tak penting. Kebiasaan!.
“Najwa… Sudah mandi
belum sayang?” Suara merdu bunda memecah kesunyian.
“Sudah, Bun!” Teriakku
dari dalam kamar.
Tak pernah sedetikpun
aku luput dari perhatian bunda, bahkan hal-hal kecil yang mungkin tak begitu
penting. Tapi itulah bunda, beliau selalu bisa membuatku nyaman saat apapun dan
bisa merubah segala sesuatu menjadi mempesona. Aku sangat bersyukur karena
mempunyai bunda yang sedemikian perhatian dan tak pernah kurang menyalurkan
kasih sayangnya.
☺☺☺
Aku melihatnya. Dia
berjalan mendekat kearahku dengan senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya,
menambah indah pesona yang telah ada dalam dirinya. Bedug dalam jantungku
menggema dengan kerasnya seolah membangunkan semua orang yang tertidur. Tak
bisa lagi kulukiskan bagaimana perasaanku.
Daffa, orang yang bisa
dibilang mampu membuka kembali pintu yang telah tergembok rapat hampir selama
dua tahun dan mampu untuk memasukinya. Pintu rahasia yang tak banyak orang tahu
dan mampu membukanya. Tapi entah mengapa dengan gampangnya dia bisa
melakukannya.
Aku benar-benar tak
mempercayainya, Daffa menyambangi rumahku dan menarikku untuk menyusuri jalan
menikmati keindahan alam. Dia menggandeng tanganku dan terus mengajakku
bercengkerama, belum pernah sebelumnya aku sedekat ini dengannya. Dia memberiku
perhatian dan tak henti-hentinya membuatku tersenyum. Kami mengunjungi berbagai
tempat yang Subhanallah indahnya. Sepanjang perjalanan Daffa selalu
melindungiku dan aku benar-benar bahagia dibuatnya.
Kriiiiiiiiiiiiingggggggggggg……………..
Aku tergagap melihat
sekelilingku. Suasana taman yang indah, jalan yang penuh bunga dan Daffa tak
kutemui, yang tampak dimataku hanyalah warna pink dengan gambar-gambar dan
hiasan yang tertempel. Ternyata aku hanya bermimpi, mimpi yang sangat
mengesankan dan seolah nyata. Dengan senyum yang tak henti dari bibirku, aku
bangun dan segera menunaikan kewajibanku, sholat subuh.
Usai sholat aku segera
bergegas untuk membantu bunda di dapur, meskipun aku tak bisa memasak tapi
setidaknya aku bisa membantu menyiapkan bahan-bahan yang bunda butuhkan. ☺
☺☺☺
Hari ini aku, Mala dan
Firman memiliki janji untuk pergi ke toko buku. Seperti biasa aku ingin
menambah koleksi serial komik conan, tokoh anime yang sangat kukagumi. Selain
karena wajahnya yang tampan, sifatnya yang cool dan cuek memiliki daya tarik
yang memikat, sangat keren. Jam Sembilan tepat kami sampai di toko buku
langganan. Dengan segera aku, Mala dan Firman masuk dan langsung menuju lokasi
buku yang kami cari. Tak disangka, kami bertemu dengan Daffa. Tapi dia tak
sendiri, dia bersama seorang teman yang akhirnya kuketahui bernama Fadil. Bedug
dalam jantungku kembali menggema.
“Hei… disini juga?”
Tanya Daffa santai.
“I..iya” Jawabku
tergagap “Lagi nyari buku apa?” Aku mencoba menghilangkan rasa canggungku
dihadapannya.
“Ohh, ini lagi cari
ensiklopedia sains” Daffa menunjukkan buku yang dia pegang “Kamu sendiri nyari
buku apa?”
“Biasa, komik!”
“Conan Edogawa?” Terkanya.
Aku tersenyum
membenarkan. Tapi tunggu, sepertinya ada yang hilang. Kurang ajar !! Mala dan
Firman kulihat asyik berdua memilah-milah buku di sudut lain dan meninggalkan
aku sendiri bersama Daffa.
“Kenapa?” Tanya Daffa.
“Ohh, ga pa-pa kok”
Aku dan Daffa
memutuskan untuk mencari buku-buku yang memang masih kami perlukan. Aku tak
peduli lagi pada Mala dan Firman yang entah sudah dimana, yang penting aku bisa
bersama Daffa. Sungguh egois!! Mungkin hal seperti ini yang dirasakan oleh
orang yang sedang jatuh cinta, betapa menyedihkan!!.
Tak terasa adzan dzuhur
telah berkumandang, aku yang tersadar langsung memohon diri kepada Daffa untuk
segera pulang. Sebenarnya Daffa berbaik hati ingin mengantarku pulang, tapi
sayangnya aku membawa motor sendiri dan kutolak dengan berat hati. ☺
Kuseret tangan Mala
yang sepertinya masih betah berlama-lama dengan Firman dan segera kuajak
pulang. Sempat kulihat raut kecewa di muka keduanya, tapi whatever-lah!! Tiga
jam bukan waktu yang singkat untuk mereka berdua.
☺☺☺
Dalam kebahagiaan yang
kurasa terselip sebuah kesedihan yang hampir membuatku rapuh. Disaat aku
benar-benar bisa membuka kembali pintu hatiku untuk orang lain, disaat itu pula
aku harus kembali menutupnya, dan tak pernah kutahu sampai kapan.
Seandainya aku bisa
memilih, aku lebih memilih untuk tidak pernah mengenalnya daripada aku harus
melupakannya. Sungguh suatu hal yang sangat menyakitkan. Aku tak tahu apa yang
menjadi penyebabnya, tiba-tiba kesunyian tercipta antara aku dan Daffa. Awalnya
aku tak ambil pusing, tapi lama kelamaan aku sadar dan hal ini sering membuatku
secara tiba-tiba meneteskan air mata. Namun, aku masih beruntung karena
memiliki sahabat seperti Mala dan Firman yang selalu berusaha mengembalikan
senyumku. Aku sangat berterima kasih kepada keduanya, meski belum bisa move on
sepenuhnya tapi aku akan berusaha. ☺
Meski
telah hilang cahayamu di hadapanku. Tapi tetaplah menjadi bintang dalam
hidupku. Yang kan terus ada dalam setiap gelap yang kulalui dan menyinari jalan
berbatu dalam jurang kehidupan. Tetaplah disini… dalam hatiku, bintang.