Selamat datang di blogku ^_^

Selasa, 10 April 2018

Mari Bersama Merajut Doa

Ini adalah tulisan ke sekian tentangnya. Nemun sampai tulisan ini bergulir masih ada sedikit rasa tak percaya yang bersarang di alam pikir saya. Bukan tak percaya akan dirinya yang tiba-tiba ada, tetapi lebih karena selarik kalimatnya yang kemarin meluruhkan kata-kataku di kala senja. Ketika sepasang indera mendengarkan dengan saksama, ketulusannya untuk membingkai mahligai dalam cinta dan restu-Nya.


Berdesir. Tentu saja. Kedua telapak tangan dan kaki mendingin dengan segera. Menyimak pengakuannya di seberang sana, akan sebuah keinginan untuk bersama merajut asa. Menggabungkan mimpi, cita-cita, dan keinginan untuk dapat membungkusnya menjadi sebuah karya, yang nantinya (mungkin) akan mengingatkan kita akan hari ini. Ketika kauberucap untuk pertama kali tentang sebuah ikrar suci.

Aku memang belum menjumpaimu dengan saling bertatap mata, hanya sebatas mendengar suaramu. Baru itu yang kubisa. Namun bukan berarti rasa tak bisa singgah di antara kita. Entah aku yang mendekat, kau, atau memang kita yang sama-sama diperdekatkan oleh Sang Maha Agung, biarlah menjadi kehendak dan skenario-Nya. Sebab kupercaya bahwa segala yang di dunia adalah apa yang digariskan oleh-Nya.

Mengenai keinginanmu untuk bertamu, sudah kubuka lebar pintu rumahku untuk menyambutmu. Begitu pun dengan orang tuaku, mereka sudah berebut mempertanyakan tentangmu, dan telah siap menanti dan menyambutmu tanpa ragu. Jauh sebelum kubuka pintu itu, telah terlebih dahulu kubuka pintu hatiku oleh ketukan dari hatimu. Perihal jawabku, sudah kaudengarkan kemarin saat kita sama-sama saling bertukar sapa. Mengalirkan pembicaraan ke berbagai arah yang tanpa terduga. Namun yang pasti, namamu adalah yang kini bertambah dalam prioritas doa yang kubaca, selain kepada kedua orang tua.

Aku sadar, untuk menuju hari bahagia ada beberapa kerikil yang akan menghadang. Mari sama-sama kita merajut doa, menengadahkan pinta, dan menyatukan harap untuk nantinya dapat dipertemukan dalam sebuah hari yang telah kita nantikan bersama. Bukan hanya dinanti, tapi juga telah kita persiapkan mulai kini. Bilakah nanti kautemuiku dalam gelagat yang tak kausukai, maka janganlah kaumembenci dan memunculkan kemarahan dalam diri. Ingatkan aku dengan tutur lembut dan ketulusan yang kaumiliki. Bilalah nanti kuterbuai dalam emosi, jangan lantas menyiramiku dengan kalimat yang menyakiti. Beri aku ruang untuk merenung dan introspeksi diri, lalu biarkan kubersandar pada kebijaksanaanmu sebagai imam nanti.

Memang tak mudah untuk menyatukan dua pribadi yang sedari awal tercipta dengan perbedaan yang ada, tetapi bukan berarti kita tak bisa saling mengisi dan menyatukan langkah menggapai tujuan yang diingini. Sejak dari penciptaan manusia pertama, perbedaan itu nyata adanya. Namun dengan adanya perbedaan itu Adam dan Hawa bisa melahirkan generasi hingga kini dan nanti.

Di tengah kemelut rindu, aku menulis
Di tengah pinta yang beradu, tak kuasa untukku menahan tangis
Di antara detik yang terus melaju, doaku tiada terkikis
Di antara alfabet yang berjajar, namamu adalah hal yang selalu ingin kutulis
Di Bumi Meliwis kukirimkan salam manis: untukmu kakanda yang puitis

-UR-
19.28 WIB
10 April 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar