Selamat datang di blogku ^_^

Minggu, 01 April 2018

[Review] tentang Cinta yang Melampaui Zaman

Kesuksesan sebuah film tak lepas dari sebuah iringan nada yang biasa disebut sebagai original soundtrack. Terlepas dari alur cerita yang erat dengan kehidupan nyata, pesan yang disampaikan pada setiap adegan, dan raupan pundi-pundi penonton yang mencapai jutaan, nyatanya sebuah original soundtrack mampu terngiang di telinga penikmatnya seusai menyaksikan suatu film.


Begitu pun dengan saya. Tahun lalu, tepatnya pada tanggal 24 Agustus 2017, saya berkesempatan untuk menyaksikan sebuah film yang bagi saya pribadi mampu menggetarkan hati dan menguras air mata. Bukan disebabkan oleh cerita yang memang mengharu biru, tetapi lebih karena hanyut oleh jalannya cerita yang menimbulkan puluhan tanya, "apa yang telah kauberikan kepadanya? Dua belas sinar surya yang tersemat lingkar syahadat di tengahnya."

Kakak cantik yang membawakan original soundtrack film ini, mampu menghadirkan alur cerita yang ada dalam alunan lirik-liriknya.

Bila ragaku tak bisa menemani hadirmu
Biarlah cintaku yang selalu bersamamu
Dalam setiap derap langkahmu
Mewujudkan impian dan cita-citamu

Jadilah engkau sosok yang tak pernah lelah
Berbuat dan berbagi untuk sesama
Memperjuangkan kehidupan yang diridhoi-Nya
Hingga batas akhir hidupmu

Jangan surut langkahmu ke belakang
Karena cintaku akan selalu menuntunmu
Dalam suka dan duka yang akan kauhadapi
Membumikan kalam-kalam Illahi

Cintaku tiada berbatas waktu
Kutitipkan selalu di dalam hatimu
Mengarungi jalan panjang peradaban yang membentang
Karena cintaku melampaui zaman

Mulai baris pertama hingga akhir, jelas tergambar dalam pikiran saya bagaimana teguhnya Nyai Walidah dalam membagi ilmu. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasul bahwa menyampaikan ilmu itu sangat dianjurkan adanya, terlebih ketika sebuah perkara diketahuinya dengan baik.

Dalam film jelas terlihat bagaimana harmoninya Kyai Dahlan dan Nyai Walidah berjuang bersama memajukan persyarikatan. Iri, haru, dan tentu saja ingin seperti beliau berdua. Berdampingan dalam satu persyarikatan, bersama-sama membangun apa diperjuangkan, tanpa pamrih. 

Air mata yang meluruh mengisyaratkan betapa inginnya raga untuk bisa seperti beliau berdua. Syahdu, selaras, ikhlas. Terlebih, ketika salah satu terlebih dahulu menghadap kepada-Nya, semakin deras sepasang mata menghujan. Bukan hanya karena pesan yang ditinggalkan, tetapi juga disebabkan kesetiaan yang digenggam erat oleh Nyai Walidah.

Ya Rabb, perkenankanlah diri ini mampu membingkai mahligai sebagaimana beliau berdua. Bersama menggapai ridho dan cinta-Mu. 
Aamiin.

-UR-
01042018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar