Selamat datang di blogku ^_^

Rabu, 29 Agustus 2018

Izinkan Aku Mencintai Apa Adanya Kamu


Sejak kuputuskan untuk menjawab ketegasanmu dengan kata “iya”, sejak saat itu pula telah kuniatkan setiap langkahku menujumu sesuai dengan ajaran-Nya. Saling mengingatkan, menjaga, menguatkan, dan saling berlomba untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih baik lagi. Tentunya, dalam menjalani komitmen yang telah kita niatkan untuk menggapai rida-Nya bersama, tidak hanya kebahagiaan yang mampir dan bersenda gurau di antara kita. Ada juga beberapa kerikil yang mencoba menjadi sandungan di celah langkah kita menuju janji suci terselenggara. Semoga dengan saling memahamkan dan mencari jalan keluar bersama, kerikil yang tadinya menghadang bisa kita lewati dengan aman dan tanpa gangguan.

Di selaksa detik yang terus berkejaran, ribuan bayang tetiba hadir di setiap kali kelopak memejam. Menghadirkan larik-larik memori yang telah terlampaui, menghadiahi kesyahduan-kesyahduan yang telah terarungi. Terkadang, hadir pula bulir-bulir bening dari kedua belah mata kala hal-hal itu melanggeng indah dalam kepala. “Sesaat lagi, akan ada sosok yang membersamai. Beriringan dalam langkah, memadukan ketidakteraturan menjadi satu lukisan yang akan kita warnai bersama. Semoga senantiasa tertanam dalam hati kita, sebongkah cinta yang tiada kan habis terkisis masa. Cinta yang disandarkan atas-Nya demi mengharap rida-Nya.”

Menuju hari-hari yang akan mempersatukan langkah kaki, kubekali diri dengan segala persiapan dan ilmu yang bisa kupelajari. Tumpukan buku menjadi kawan sehari-hari, beberapa video nasihat pernikahan pun turut membersamai, tidak ketinggalan beberapa sharing dari saudara dan teman yang sudah terlebih dahulu menemukan tambatan hati. Semua hal tersebut sangat membantu terutama dalam menghadapi kegundahan menghadapi hari ketika janji suci terikrarkan di depan para saksi. Tiada henti syukur terucap dari diri atas segala nikmat yang sedemikian tak terhingga itu.

Menghitung ari-hari menjelang pernikahan, terkadang memang menghadirkan momen-momen yang pernah terlampaui bersama dengan orang-orang terdekat. Orang tua, saudara, sahabat, teman, dan lain sebagainya. Namun, ada satu momen yang benar-benar kutancapkan dalam kepala, bersama dengan hal-hal lain yang InsyaAllah bisa menjadi bekal perjalanan kita nantinya. Dari dahulu, sebelum kuputuskan untuk menerima pinanganmu, kedua orang tuaku pernah berpesan, “Dengan siapa pun kamu menikah nantinya, dia haruslah orang yang mampu membimbing kamu dalam hal agama dan ketaatan kepada Gusti Allah. Itu yang menjadi bekal sampean hidup di dunia dan di akhirat nantinya.” Pesan itulah yang senantiasa kuingat hingga hari ini dan dengan kemantapan hati kukatakan bahwa InsyaAllah dirimu akan mampu menjadi seseorang yang disebut oleh orang tuaku tersebut.

Pesan lain yang juga tak kalah pentingnya adalah bahwa ketika telah kuputuskan untuk menjalani hidup bersama dengan orang yang akan membersamai hingga surga-Nya, maka harus tetap kuingat dan kuingatkan padanya bahwa Ibunya tetap yang utama dibandingkan dengan diriku sendiri. Meski pun telah menjalani kehidupan bersama, saudara kandungnya (adik-adiknya) adalah tetap menjadi tanggungannya. Terutama bila dia adalah anak laki-laki pertama dalam keluarganya. InsyaAllah kita akan bisa menjalani hal yang demikian nantinya ya, Mas. Saling mengingatkan ketika ada yang tidak pas, saling menggenggam erat ketika salah satu dari kita sedang lemah dan butuh kekuatan. Semoga apa yang telah kita cita-citakan dan akan kita langkahi bersama dimudahkan oleh Allah dan diberikan kelancaran serta dilingkupi oleh berkah dari-Nya. Aamiin.

Di permulaan Asar yang menjelma kata-kata,
kukisahkan segala apa yang terangkai dalam dada,
dan terkadang mengundang kecamuk dalam sukma,
semoga keselarasan langkah yang akan terlampaui bersama,
senantiasa mendapat rahmat dan berkah dari-Nya

Di senandung kata yang menjelma menjadi doa,
senantiasa kuselipkan pada-Nya satu nama yang sampai saat ini masih setia kujaga,
kupatri dalam hati sebagai pelengkap separuh nyawa,
sebagai imam dunia akhirat yang akan membersamai dalam segala suasana

Izinkanlah aku untuk mencintai apa adanya kamu: sepanjang usia

Bersama sekuncup rindu kutuliskan tentang rasa, untukmu di seberang kota.
Bojonegoro, 29 Agustus 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar