Selamat datang di blogku ^_^

Minggu, 12 Oktober 2014

Langit Masih Sama


Dalam gelap kumelihatmu.
Dalam sepi kutak kehilanganmu.
Dalam malam kumemandangmu.
Walau jauh, kumerasakan kau dekat.

Aku bahagia ketika aku mampu mengungkapkan. Menuangkan setetes kehidupan, menggoreskan aliran pengalaman, mendendangkan melodi perjalanan, meniupkan semerbak perjuangan, terbingkai dalam suka, duka, tangis, dan tawa. Meski hanya sebagai kawan sekeping hati yang mencari hiburan, aku tetap bahagia. Bagaikan berkelana menjelajah semesta yang penuh bunga, menyimpan pepohonan bermacam buah-buahan, memanjakan mata dan raga, menjadi pengobat rasa dahaga.
Sesekali jemariku menyibak tirai jendela kamar yang terbang dipermainkan angin malam. Perjalanan tinta hitamku sejenak terhenti, membiarkan sepasang mataku menikmati panorama langit malam ini. Penuh kilau mutiara yang silih berganti mengerling ke arahku. “Apakah kau juga menikmati suguhan langit malam ini? Akankah kau menangkap kerinduanku yang kutitipkan pada kerlip bintang? Bisakah kau melihat senyumku di sana?”. Saraf dalam kepalaku berkolaborasi menyusun alfabet sarat makna. Mencoba menafsirkan isyarat kalbu yang menimbun kerinduan teramat dalam. Merindukan hadirnya sosok yang hampir empat bulan sudah tak kutemui. Ya, hanya suaranya yang menjadi ramuan untuk mengobati kerinduan yang semakin hari semakin bertambah bobotnya, meski hanya untuk sementara.

“Untuk sebuah kenangan, jarak tak pernah memisahkan dua hati yang saling peduli. Walau terpisah ribuan mil, dalam hitungan detik kita akan disana kembali”.


Mungkin kalimat itulah yang aku genggam erat sampai saat ini. Kalimat indah yang sempat dia kirim enam belas hari pasca hari jadian kita. Ibarat mendaki tangga tali dalam suatu permainan, tak mungkin bisa melewatinya tanpa ada kerja sama dan rasa saling percaya satu sama lain. Aku pun demikian. Tanpa kepercayaan, mungkin aku tak lagi berpijak dan tak lagi membingkai setiap kenangan dalam perjalanan cintaku. Mungkin bukan hanya aku, tetapi semua orang yang hidup di dunia.

☺ ☺ ☺

“Maaf, aku tidak bisa pulang untuk semester ini. Mungkin libur semester kita baru bisa bertemu,” ucapnya dalam sebuah percakapan panjang di telepon.
“Lama sekali, aku sudah sangat merindukanmu,” nada manja dan sedikit kecewa mendominasi kalimat yang baru saja lolos dari mulutku.
“Begitu juga dengan aku, Venus. Aku juga sangat merindukanmu, bahkan rinduku sudah memuncak.”
Darahku berdesir mendengar ujarannya, meskipun dalam situasi yang sedikit sendu, dia masih bisa membuatku tak bernapas sejenak, “tapi…”
Dengan suaranya yang selalu aku rindukan, Mars memotong kalimatku, “Ve, kita masih berada dalam benua yang sama, bahkan kita tidak terpisah oleh samudra. Kita hanya berbeda provinsi, tetapi kita masih memandang langit yang sama.”
Aku tertegun, terhenyak dengan kalimat indah yang meluncur dari mulutnya. Benar apa yang dia katakan, bumi yang kita tinggali masih berada dalam naungan langit yang sama, “kamu benar, Mars. Langit kita masih sama, bahkan aku bisa merasakan kerlipmu di sana.”
“Ve, di mana pun kita berada, sejauh apapun jarak memisahkan kita, selalu ingat satu hal itu, kita masih berada dalam langit yang sama.”
Kalimat yang begitu manis, semanis cinta yang aku dapat dari seorang Mars yang harus dipisahkan oleh jarak demi meraih masa depan cerah. Aku tersenyum dan senyum ini membawaku kembali ke alam sadarku. Ah, ternyata memoriku masih dengan kuat menyimpan percakapan panjangku dengan Mars. Ya, percakapan indah yang menghias hari-hari panjangku menunggu waktu berdamai denganku, mempertemukan kita, mempertemukan Venus dan Mars.
Kembali kupandang langit malam ini, “Mars, aku masih berada dalam dekapan langit yang sama denganmu. Berjuanglah! Aku selalu setia menunggu hadirmu.”
Perjalanan indah bukan dimulai ketika kita menemukan keindahan, tetapi ketika kita berproses menuju keindahan tersebut. Memang tak mudah dan penuh jalan berliku, namun menyerah adalah sebuah kata putus asa yang akan semakin menjauhkan kita dari keindahan. Aku bahagia, mungkin karena rasa bahagia itu hubungan yang kujalani terasa indah dan menyenangkan. Mars memang jauh, tapi sejauh-jauhnya Mars, aku masih bisa merasakan hadirnya. Dia selalu ada di relung kalbu, hadir di setiap mimpi indahku.

Dalam harmoni, kutitipkan doa,

kubisikkan pada semesta, “aku menyapamu, selalu setia menjaga janjimu.”