Selamat datang di blogku ^_^

Kamis, 28 Juni 2012

Saranghae


“na saranghae... Aimee”
Ucapan itu kini tak akan pernah lagi terdengar di telinga Aimee. Karena Shino, orang yang selalu membisikkan kata-kata itu telah meninggalkan dia untuk selama-lamanya. Dengan kesedihan yang masih terus menggelayuti hatinya, Aimee memandang gundukan tanah dihadapannya. Tempat peristirahatan terakhir Shino.
“Shino… bagaimana kabarmu disana?” Aimee seolah mengajak Shino untuk berbicara “mianhae… aku ga bisa mengunjungi kamu lagi.. besok aku akan kembali ke Indonesia” ucapnya sambil menundukkan pandangannya.
Tak terasa satu persatu air mata Aimee jatuh membasahi tanah dihadapannya. Sungguh berat baginya untuk meninggalkan orang yang sangat berarti untuknya selama ini. Dia sudah mengenal Shino jauh sebelum dia di Korea. Sebenarnya mereka sama-sama berasal dari Indonesia, hanya saja mereka melanjutkan study di Korea dan menetap disana. Bagi Aimee, Shino adalah sosok yang sempurna. Shino selalu bisa mengubah hal sederhana menjadi mempesona. Dia juga selalu hadir saat Aimee butuh. Dia memang benar-benar sosok seorang kekasih yang setia. Tapi sayangnya Shino harus terlebih dahulu meninggalkannya. Shino menderita kanker otak stadium akhir dan dia merahasiakan ini dari semua orang.
Sehari sebelum Shino pergi, dia mengajak Aimee mengunjungi Chunggaecheon Stream Park, sebuah taman yang berada di tengah kota dengan sungai yang mengalir dan di atasnya terdapat sebuah jembatan. Dia dan Aimee menghabiskan hari itu disana. Setelah itu, Shino mengajak Aimee makan kimchi. Dan saat itu menjadi saat terakhir Aimee makan kimchi bersama Shino. Sempat ada firasat yang mampir dihati Aimee. Dia merasa seolah dia ingin selalu bersama Shino, entah mengapa dia tak tahu. Tapi dia seolah merasa Shino akan meninggalkannya. Dan hal itu terbukti keesokan harinya saat Aimee mendapatkan kabar bahwa Shino telah pergi untuk selamanya. Shock dan tak percaya, baru kemarin Shino mengajaknya pergi tapi sekarang dia sudah tiada. Betapa hancur perasaan Aimee saat itu, bagaikan pecahan piring yang berkeping-keping.
“na saranghaseyo… Shino” ucap Aimee dalam hatinya.
Aimee tersadar dari lamunan panjangnya. Dia berdiri dan tak lupa sebelum meninggalkan makam Shino dia berdo’a.
“nol kuriwohal goya…” ucapnya lirih.
Setelah berucap demikian Aimee melangkahkan kakinya untuk pergi.
……………………………………………………….
Matahari sudah beranjak dari peraduannya. Begitupun dengan Aimee. Saat ini, dia sudah berada di airport. Dia akan kembali ke Indonesia. Dia ingin melupakan apa yang telah terjadi disini, namun dia sendiri tak yakin bisa melakukannya.
Aimee berjalan memasuki pesawat yang akan membawanya terbang ke Indonesia. Sebelum benar-benar memasuki pesawat, sekali lagi dia menoleh ke belakang. Dia menghirup udara dalam-dalam, udara Korea yang sebentar lagi tak dia rasakan lagi.
“norul hangsang saranghal goya, Shino… annyeonghi gyeseyo…” ucap Aimee pelan sambil memasuki pesawat.
……………………………………………………….
Aimee menghirup udara Indonesia, sangat berbeda dengan Korea. Meskipun begitu, dia berharap suasana yang berbeda akan membuatnya mudah melupakan Shino meski tak sepenuhnya.
“Aimee!” teriak seseorang memanggil namanya. Dia sangat mengenal pemilik suara ini, dan benar memang dia.
“Daniel!” teriak Aimee balik sambil memeluk sepupunya itu.
“gimana kabar kamu? Aku kangen lagi sama kamu!” kata Daniel setelah melepaskan pelukannya.
“kamu bisa lihat sendiri!” jawab Aimee “aku juga kangen sama kamu…”
Daniel ingin bertanya tentang Shino, tapi sejurus kemudian dia teringat pesan Mama Aimee untuk tidak bertanya soal kepergian Shino. Dia juga tidak ingin sepupunya itu bersedih lagi.
“ya udah, kita pulang yuk! Lagian pasti kamu juga capek!” ajak Daniel.
“oke!”
Selama di Indonesia, Aimee akan melanjutkan sekolahnya di sekolah yang sama dengan Daniel. Dan dia mulai masuk esok hari.
Malam ini Aimee keluar dari kamarnya di lantai dua. Kebetulan di depan kamarnya ada ruangan terbuka yang cukup luas dan dulu sering dia gunakan untuk memangdang bintang. Selain itu, dia juga sering menggunakan tempat ini untuk belajar atau melampiaskan hobbinya bermain keyboard dan menulis.
Seandainya kamu masih ada. Aku tak akan kesepian Shino. Meski sekarang aku berada di Indonesia, tapi aku tak bisa melupakan semua kenangan tentangmu. Setiap kali aku memandang bintang di langit, aku selalu teringat kamu.
……………………………………………………….
Aimee dengan pasti melangkahkan kaki memasuki sekolah barunya. Dengan suasana baru dan teman-teman baru, dia mencoba untuk memulai kehidupan barunya. Pagi ini dia tidak ditemani Daniel karena memang Daniel harus berangkat lebih pagi untuk menyelesaikan urusannya. Semua orang yang dilewatinya memandang kearahnya, mungkin mereka heran melihat ada orang asing yang masuk ke sekolah mereka. Aimee memberikan senyum kepada setiap orang yang melihat kearahnya. Meskipun dia belum mengenal semuanya tapi dia mencoba menyesuaikan diri disini.
“hai! Kamu murid baru ya disini?” Tanya salah seorang siswi yang bertemu dengan Aimee.
“iya benar” jawab Aimee lembut “maaf, ruang kepala sekolah di sebelah mana ya?” Tanya Aimee.
“oh, di sebelah sana!” tunjuk siswi itu “ayo kuantar!” tawarnya.
Dengan senang hati Aimee menerima tawarannya.
“ini ruangannya” kata siswi itu “oh ya, aku Chia!” lanjutnya memperkenalkan diri.
“Aimee..! makasih ya Chia” balas Aimee
“iya sama-sama, kalo gitu aku ke kelas dulu ya.. see you!” pamit Chia sambil tersenyum kearah Aimee.
Dengan perlahan Aimee mengetuk pintu kepala sekolah dan terdengar suara yang mempersilakannya masuk. Aimee langsung memperkenalkan diri dihadapan kepala sekolahnya. Dengan wajah yang senang dan bahagia kepala sekolah memeluk Aimee. Aimee heran mengapa kepala sekolahnya tiba-tiba memeluknya. Akhirnya dia tahu ternyata kepala sekolahnya itu adalah sahabat karib Mamanya dulu, dan sampai sekarangpun masih tetap berhubungan. Makanya beliau langsung memeluk Aimee begitu mendengar namanya. Beliau bersikap demikian karena memang sudah lama tak bertemu dengan Mama Aimee.
“Kebetulan hari ini sekolah kita ada acara friendship relation Aimee, jadi jangan heran kalau pagi ini kalian free” kata Mrs. Wisha, memberitahu.
“kalau boleh tahu friendship relation itu acara apa Mrs.?” Tanya Aimee yang memang belum tahu.
“acara ini sebenarnya acara tahunan GISHS (Garuda International Senior High School). Acara ini ditujukan untuk mengembangkan bakat yang dimiliki siswa-siswi, semacam pentas seni. Mereka bebas menampilkan kelebihan mereka dan mereka juga bisa saling mengenal dari masing-masing kelas. Siswa dari kelas dance bisa mengenal siswa lain dari kelas music begitupun sebaliknya, atau mungkin kelas yang lainnya juga” terang Miss Wisha panjang lebar.
“oh begitu” Aimee menanggapi “berarti mereka sudah mempersiapkan itu jauh-jauh hari dong Miss?”
“tidak juga Ai.. disini para siswa ditantang mengembangkan bakatnya secara dadakan. Siapa yang mau langsung maju untuk tampil” Mrs. Wisha menjelaskan.
Aimee semakin kagum dengan GISHS, dia tidak menyangka ada sekolah yang benar-benar membantu para siswanya untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya, disamping pelajaran pokok yang diterima.
“kamu sudah tahu kelas kamu dimana Ai?” Tanya Mrs. Wisha.
Aimee tersenyum mendengarnya “belum Mrs”
“kalau begitu ayo Mrs antar” kata Miss Wisha kemudian.
Suasana GISHS sepi, hanya beberapa siswa saja yang terlihat berkeliaran. Mungkin mereka panitia acara friendship relation yang tadi disebutkan oleh kepala sekolah. Siswa yang lain ada di kelas masing-masing untuk mempersiapkan apa yang akan mereka tampilkan atau mungkin hanya akan menjadi penonton saja.
Aimee mengikuti Mrs. Wisha menuju kelasnya. Disini dia masuk di kelas music. Dia memang sudah menguasai bidang ini dari dulu. Ini juga tidak lepas dari campur tangan Shino yang mengenalkannya pada keyboard yang sampai saat ini terus dia geluti.
Suasana kelas gaduh dan tampak beberapa siswa bergerombol. Begitu Mrs. Wisha dan Aimee masuk, suasana langsung hening dan tertib.
“siswa sekalian, pagi ini kalian kedatangan teman baru yang merupakan pindahan dari Korea” Kata Mrs. Wisha “Aimee, silakan perkenalkan diri kamu!” perintah Mrs. Wisha kemudian.
“selamat pagi..!” ucap Aimee memulai perkenalannya
“pagiiiiii” jawab para siswa serempak
“hai,! Aku Aimee,  semoga aku bisa menjadi teman kalian disini”
Cukup singkat perkenalan Aimee. Tapi meninggalkan kesan tersendiri bagi penghuni kelas music. Mereka senang dengan kedatangan Aimee dan langsung memberikan penyambutan khas kelas music.
“welcome to our paradise Aimee!” teriak salah satu siswa yang membuat Mrs. Wisha, Aimee dan siswa yang lain tertawa.
Mrs. Wisha mempersilakan Aimee untuk menempati bangkunya dan langsung meninggalkan kelas music untu mengecek persiapan friendship relation.
……………………………………….
Jam delapan tepat, para siswa menuju halaman untuk meramaikan friendship relation. Diantara sekian banyak siswa, tampak mereka yang sudah siap dengan kostumnya. Aimee dan teman-teman barunya, Nicka, Firsya, Gabriel, Marvin dan Chelom mengambil posisi di deretan kursi nomor dua tepat di depan panggung.
“kalian ga mau tampil?” Tanya Aimee pada teman-temannya.
“lihat nanti aja Ai, kalo emang ada kesempatan ya tampil” Gabriel yang menanggapi. Kelima teman baru Aimee itu memang tergabung dalam satu band yang mereka namakan ‘star’ dan cukup terkenal di GISHS.
“kamu sendiri ga pengen tampil Ai?” Tanya Firsya tiba-tiba.
“aku kan baru disini” jawab Aimee.
“emang ada aturannya murid baru ga boleh tampil?” celetuk Gabriel.
“hemm.. lihat nanti aja!” Aimee tersenyum menanggapi.
Acara friendship relation sudah dimulai sekitar sepuluh menit yang lalu dan dibuka langsung oleh Kepala Sekolah. Banyak sekali siswa dari masing-masing kelas yang mununjukkan bakat mereka, mereka menampilkan sesuai dengan kelas mereka. Jam sudah menunjukkan pukul 11.00. tapi penampilan-penampilan menarik masih terus hadir mengisi acara. Tiba saatnya teman-teman Aimee tampil. Mereka cukup bagus dan tidak heran kalau mereka terkenal di GISHS. Dan sepertinya mereka menjadi yang terakhir tampil.
“oh… ternyata ada tambahan waktu yang diberikan oleh Mrs. Wisha” ucap sang presenter menginformasikan “siapa lagi yang mau tampil?” tawarnya kepada para siswa.
Tidak ada yang mengacungkan tangan. Tapi tiba-tiba Aimee berdiri dan langsung berjalan menuju panggung. Teman-temannya langsung bersorak memberikan dukungan kepada Aimee.
“iya.. Ternyata masih ada yang mau menampilkan bakatnya” kata sang presenter dengan antusias “sepertinya anda murid baru disini?”
“iya benar, saya Aimee”
“oke! Tunjukkan pesonamu Aimee!” teriak presenter dan disambut tepuk tangan meriah oleh para penonton.
Tanpa banyak cakap Aimee dengan lihai memainkan keyboardnya dan sebuah lagu Korea meluncur dari mulutnya.

*playing : (Sistar_Should I Confess)

Tepuk tangan meriah menyudahi penampilan Aimee. Semua orang tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Tanpa persiapan apapun, seorang murid baru mampu menampilkan permainan yang indah dan memukau.
Aimee langsung turun dari panggung dan menuju teman-temannya yang masih terkagum-kagum dibuatnya.
“yeah… Aimee!” sambut teman-temannya histeris.
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang mengawasi sejak tadi dibelakang mereka. Diam-diam dia memendam kekaguman kepada Aimee.
……………………………………………………….
Sejak tampil di friendship relation, nama Aimee semakin dikenal banyak siswa di GISHS. Dari senior maupun junior mengenalnya. Mereka menganggap Aimee adalah selebriti baru di GISHS. Sungguh penghargaan yang tak pernah disangka oleh Aimee sebelumnya.
“hai Ai..!” sapa para siswa saat Aimee lewat.
Seperti biasa, sebelum memasuki kelas Aimee menghampiri lokernya untuk sekedar mengambil barang-barangnya. Saat membuka lokernya, Aimee dikejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba saja menutup kembali lokernya. Aimee memandang kearah orang itu, salah satu seniornya yang terkenal dengan kecentilannya. Mereka saling memandang tajam satu sama lain.
“oh, jadi lo anak baru yang sok itu?” ucapnya sambil memandang sinis kearah Aimee.
“maaf, maksud kamu apa ya?” tanya Aimee lembut.
“udah deh, gue ga mau basa basi” katanya “gue ingetin sama lo! Lo ga usah deh sok-sokan jadi superstar dan nyari perhatian siswa-siswa disini.. lo tu siswa kemaren sore, ga usah macem-macem sama gue kalo lo ga mau dikeluarin” lanjutnya sambil berkacak pinggang.
“emang kamu siapa? Pemilik GISHS? sehingga bisa mengeluarkan siswa seenaknya?” Tanya Aimee dengan tenangnya.
“berani ya lo sama gue?” ucap siswi itu dengan penuh emosi.
“kamu bukan tuhan yang harus ditakuti..” jawab Aimee santai.
Hampir saja tangan siswi itu menyentuh pipi mulus Aimee. Tapi, seorang siswa menghalanginya. Siswa itu mencengkeram tangan siswi itu dan melepasnya dengan kasar.
“sebelum bertindak lo harusnya berpikir? Apa pantes kelakuan lo seperti ini kepada anak baru?” tanya siswa itu yang cukup membuat siswi itu terbungkam dan akhirnya pergi meninggalkan Aimee dan siswa itu.
“makasih” ucap Aimee sambil tersenyum ramah.
“iya, sama-sama” balas siswa itu “jangan heran, dia memang sok berkuasa disini” lanjutnya.
“oh..” gumam Aimee
“Aditya”
“Aimee,!” ucap Ai. “sekali lagi makasih, aku mau ke kelas dulu” pamit Aimee seraya meninggalkan Aditya.
“tunggu! Kamu di kelas apa?” teriak Aditya.
“musik” balas Aimee singkat.
Aditya memandang kepergian Aimee. Meski baru pertama kali dia bertemu dengan Aimee, dia merasa cukup dekat dengannya. Karena dia seperti menemukan sosok yang telah lama hilang dari hidupnya. Siapa dia? Hanya Aditya yang bisa menjawabnya
……………………………………………………….
Semakin hari Aditya dan Aimee semakin dekat. Hampir setiap hari mereka selalu melakukan aktivitas bersama meskipun Aditya adalah senior Aimee. Namun, Aimee menjadikan ini kesempatan dia untuk mempelajari bidang yang kini dia geluti bersama orang yang sudah lama berkecimpung didunia musik ini.
Selain belajar dan bermain musik bersama, Aimee dan Aditya juga banyak berbagi cerita. Dan dari situ Aimee dan Aditya bisa mengenal satu sama lain. Sebelumnya Aimee tak pernah terbuka dengan orang yang baru dikenalnya, bahkan sampai menceritakan kehidupan pribadinya. Aimee merasa dia menemukan kembali sosok Shino dalam diri Aditya, orang yang menurutnya nyaman diajak bicara.
Tak terasa jam istirahat hampir usai. Aimee segera menuju kelasnya. Namun, sebelumnya dia menghampiri lokernya untuk mengambil beberapa buku. Ketika membuka loker, ada yang jatuh dihadapannya. Sebuah kertas berwarna biru muda. Aimee mengambil kertas itu dan membacanya.
Setiap saat berjumpa, tapi tak bisa saling menyapa. Hanya ruang hampa, tempatku memandangnya.
Aimee membolak balik kertas itu, namun dia tak menemukan siapa pengirimnya. Dengan tanda tanya yang besar dikepalanya, dia melipat kertas itu dan menyelipkan dalam buku yang dibawanya lalu menuju kelas karena bel masuk sudah berbunyi.
Keesokan paginya Aimee kembali menemukan sebuah kertas di lokernya. Hal ini berulang sampai hari ke lima. Pada hari ke enam Aimee tak menemukannya lagi. Padahal dia sangat mengharap akan menemukannya kembali.
BRUK! Aimee menabrak seseorang. Keduanya terjatuh. Tapi secepat kilat keduanya sudah bangun kembali.
“heh.. kalo jalan pake’ mata!” hardik siswa itu.
“dimana-mana jalan itu pake’ kaki ga pake’ mata!” balas Aimee tenang.
Siswa itu memandang tajam Aimee dari ujung rambut sampai kaki “oh.. jadi loe yang namanya Aimee, murid baru yang pindahan dari Korea itu”
“iya, kenapa?”
“ga kenapa-kenapa, heran aja! Kok aneh ya udah enak hidup di Korea, loe malah pindah kesini. Atau jangan-jangan…”
Secepat kilat Aimee memotong kalimat siswa itu “ga usah mikir yang macem-macem ya… aku pindah kesini tu karena…” Aimee tak meneruskan ucapannya, air matanya sudah mengintip di pelupuk matanya. Namun dia menahannya agar tidak jatuh. Dia tak sanggup mengatakan alasannya.
“karena..?” siswa itu tampak penasaran.
“bukan urusan kamu!” sambar Aimee cepat.
Ya Allah… kenapa aku harus ingat kembali masalah ini? Aku sudah hampir melupakannya. Meskipun belum sepenuhnya. Mengapa cowok ini harus mengungkit masalah kepindahanku ini? Dia semakin menjadikan aku sulit untuk melupakan Shino. Ya Allah… bantu aku..
Aimee dan siswa itu masih saling memandang tajam. Kalau saja Aditya tidak hadir ditengah-tengah mereka, mungkin kejadian itu akan memanas.
“Ai, Hoshi! Ngapain kalian liat-liatan kayak gitu?” heran Aditya.
“dia tu!” keduanya berkata hampir bersamaan.
Aditya kembali memandang keduanya bergantian.
“ya udahlah Kak Adit, ngapain ngurusi hal ga penting kayak gini?” kata Aimee sambil menarik Aditya untuk pergi.
“dasar macan Korea!” umpat siswa yang bernama Hoshi itu ketika Aimee dan Aditya sudah beberapa langkah menjauhinya.
“daripada lo buaya bermuka angsa!” Hoshi kaget mendengarnya, dia mengira Aimee tak menangkap apa yang baru saja dikatakannya.
……………………………………………………….
Setiap hari Aimee dan siswa yang bernama Hoshi seringkali bertemu. Dan setiap kali bertemu adu mulut tak dapat dihindari. Meski itu di tempat umum seperti kantin, taman atau bahkan depan kelas Aimee.
“bisa ga sih berhenti manggil aku macan Korea?” protes Aimee.
“masih untung gue kasih embel-embel Korea dibelakangnya, bukan rimba” sanggah Hoshi.
“emang bener ya buaya bermuka angsa” Aimee nampak kesal dibuatnya.
“lo ga bosen ya panggil gue dengan nama itu!”
Aimee tersenyum mendengar kalimat yang dilontarkan Hoshi “ga ada undang-undang yang melarang kan? So?”
“Ai! Ayo ikut!” ajak Daniel yang tiba-tiba sudah menarik tangan Aimee.
Hoshi hanya memandangi kepergian mereka dengan tatapan yang masih mengharapkan Aimee ada dihadapannya.
“ada apa Dan?” tanya Aimee ketika sudah sampai di taman sekolah.
“ntar malem disini ada pameran seni, jadi jangan kemana-mana!” ucap Daniel.
“jadi kamu jauh-jauh ngajak aku kesini cuma mau bilang itu doang?” Aimee tak habis pikir.
“belum selesai!”
“ha?” Aimee memandang Daniel dengan tatapan bertanya-tanya.
“kamu masuk dalam jajaran pengisi acara malam ini”
“what??” pekik Aimee kaget.
“udahlah Ai, kamu itu bisa. Aku yakin kamu bisa! Kamu bisa mengandalkan keahlianmu memainkan keyboard” Daniel berusaha menenangkan Aimee.
“tapi masalahnya Dan…”
“belom persiapan? Ai.. apa waktu friendship relation kamu ada persiapan?” Daniel langsung mematikan Aimee dengan pertanyaan yang ga akan bisa dia jawab.
“oke deh, tapi jangan salahin aku kalo hasilnya ga maksimal!”
………………………………………………………
Malam ini, Aimee terlihat sangat cantik dengan balutan gaun warna biru muda dan sepatu yang senada. Semua orang tampak terkesima dengan permainan jemarinya diatas keyboard. Tepuk tangan bergemuruh ketika dia menyudahi permainannya. Dan perfect !! dia berhasil menyelesaikan tugasnya.
Ketika Aimee turun dari panggung, tak sengaja pandangannya tertuju pada seseorang berpakaian merah. Bukan pada orang itu, tetapi pada stand yang ada dibelakangnya. Karena stand itu akan roboh. Tanpa memikirkan apapun, Aimee berlari. Mencoba menyadarkan orang itu akan bahaya yang mengancamnya. Namun sayang, orang itu tak mendengarnya. Dengan sisa kekuatan yang dimilikinya, Aimee mendorong orang itu.
“Awaassss !!!”
BRUK !!
Hanya dalam hitungan detik, stand tersebut sudah rata dengan tanah. Dan Aimee berhasil menyelamatkan nyawa orang itu. Namun, sejurus kemudian…
“Aimee !!!” teriak orang itu histeris.
Dia mengguncang-guncangkan bahu Aimee. Tapi nihil, tak ada reaksi apa-apa. Dia baru menyadari ada aliran darah dari kepala Aimee. Dengan sigap dia menggendong Aimee dan langsung membawanya ke rumah sakit terdekat.
“Aimee bertahan !!! gue yakin lo orang yang kuat !! bertahan Ai..” ucap orang itu sepanjang jalan.
“Van !! lo bisa ga sih lebih cepet ?!” teriak orang itu menyuruh temannya.
“ini udah termasuk cepet Hoshi !!”
Tak lama kemudian mereka sudah sampai di rumah sakit. Hoshi langsung membawa Aimee ke ruang UGD untuk mendapatkan pertolongan. Sayang, Hoshi tak bisa masuk, dia hanya menunggu diluar.
Hoshi merasa sangat bersalah. Karena dirinya, orang lain menjadi celaka. Dia memandang tangan dan jaketnya yang sebagian terkena darah Aimee. Dia khawatir terjadi apa-apa dengan Aimee.
“Ya Allah… aku mohon selamatkan Aimee… aku mohon.. tolong Ya Allah..”Hoshi terus menerus mengucap do’anya.
“Hoshi !!” Vano temannya baru kembali usai memarkir mobil.
“gue bodoh Van, gue udah buat orang lain celaka!” kata Hoshi mencela dirinya sendiri.
“lo jangan ngomong gitu, ini terjadi bukan gara-gara lo !!” Vano duduk disamping Hoshi dan mencoba menenangkannya.
“kalo bukan gara-gara gue siapa lagi ? Aimee seperti ini karena dia ingin nolongin gue Van !!” Hoshi masih tak terima.
“udahlah Shi.. yakin kalo Aimee baik-baik aja!”
Dokter membuka pintu UGD membuat Hoshi dan Vano berdiri.
“pasien kehilangan banyak darah, sementara stok di rumah sakit ini habis.. tapi PMI akan segera….”
Hoshi memotong pembicaraan dokter “apa golongan darah Aimee ?”
“AB!”
“ambil darah saya !!” pinta Hoshi.
“kalo begitu mari ikut ke lab!”
Tak butuh waktu lama, Hoshi sudah kembali dari lab. Dia tidak mau mendengarkan nasehat dokter untuk beristirahat sejenak karena baru saja dia kehilangan darah.
“Hoshi !!”
BUGH !! sebuah pukulan keras mendarat tepat di pipi kiri Hoshi.
“ngapain lo disini ? belom puas lo bikin sahabat gue celaka ?” Tanya Aditya sengit “kalo sampai ada apa-apa dengan Aimee, lo orang pertama yang gue cari”.
Hoshi diam tak bereaksi.
“hei ! kalian ini apa-apaan sih ? sekarang bukan waktu yang tepat untuk kalian adu kesaktian. Mending kita semua berdo’a untuk Aimee !” Vano mencoba melerai keduanya.
Aditya melepaskan cengkeramannya di leher Hoshi dan menyandarkan tubuhnya ke dinding rumah sakit. Dengan perasaan terpukul Aditya memejamkan mata dan berdo’a semoga tidak terjadi sesuatu kepada Aimee. Begitu pula dengan Hoshi dan Vano. Tampak mereka khusuk dalam do’a masing-masing.
Ditengah kekhusukan mereka, datang Daniel dengan ditemani Grace, kakaknya.
“gimana keadaan Aimee ?” Tanya Daniel dengan raut wajah panic. Kakaknya pun tak kalah panic dengannya.
“dia masih di dalam, kami juga belom tau keadaannya gimana” Vano yang menjawab.
Daniel memandang lewat kaca pintu UGD, namun tak berhasil melihat Aimee.
Tak berapa lama kemudian, terdengar pintu terbuka. Semua yang ada disana langsung mendekati dokter yang keluar.
“gimana keadaan adik saya Dok ?” Tanya Daniel dan Grace hampir bersamaan.
“pasien sudah stabil dan akan segera dipindahkan ke ruang perawatan” Dokter memandang Hoshi sekilas. Dia mengkode Hoshi dengan matanya agar menemui di ruangannya.
Hoshi menyelinap untuk menemui dokter tersebut. Tanpa mengetuk ataupun menunggu dipersilahkan Hoshi langsung masuk dan duduk di depan dokter itu.
“Hoshi, kenapa kamu ga jujur saja kalau kamu yang mendonorkan darah untuk Aimee ?” Tanya dokter.
“Kak, apa perlu gue ngumbar segala sesuatu yang gue lakuin ?” Hoshi bertanya balik dengan memanggil dokter itu kak.
“Hoshi, apa dia orangnya ?” Tanya dokter itu yang ternyata adalah kakak kandung Hoshi.
“Maksud lo apaan Kak ?”
“apa dia orang yang selama ini menerima surat misteriusmu ?”
Hoshi melotot kaget kearah kakaknya.
“Hoshi.. Hoshi.. kamu lupa waktu kamu nulis surat pernah tertidur dan mendapati ada selimut yang nempel di tubuh kamu ?” Senyum kakaknya.
Memang benar, saat dia menulis surat misterius untuk Aimee, dia sempat tertidur dan persis dengan apa yang dikatakan kakaknya. Sebuah selimut menempel di tubuhnya.
……………………………………………………….
Hoshi menyusuri koridor rumah sakit. Kata-kata dari kakaknya masih mengiang ditelinganya.
“Hoshi, sebaiknya kamu jujur pada gadis ini. Menurut kakak, dia juga memendam rasa untukmu. Buktinya, dia rela mengorbankan dirinya demi menyelamatkan kamu” ucap Kak Arga.
“Apa gue pantes jadi pacar dia Kak ? kalo belom apa-apa dia udah celaka gara-gara gue ?”Terdengar nada pesimis dalam suara Hoshi.
“Hoshi.. Hoshi.. mana sesumbarmu dalam setiap surat misteriusmu ??” sindir kakaknya.
Kali ini Hoshi terdiam membenarkan ucapan kakaknya.
“cepat ungkapkan, sebelum terlambat !” Kak Arga meninggalkan Hoshi sendiri dalam ruangan kerjanya.
“Hoshi !” Terdengar suara memanggilnya “untung ketemu lo disini. Aimee sudah sadar dan dia mau ketemu lo !” lanjutnya.
“Lo serius Van ?”
“Ga, bercanda ! ya iyalah gue serius…”
Belum selesai Vano bicara, Hoshi sudah berlari meninggalkannya. Dengan sedikit kesal dia juga mengikuti Hoshi menuju ruang Aimee.
“Masuk, Shi !” perintah Daniel.
Hoshi melangkah dengan berat. Sepertinya dia masih merasa bersalah dengan kejadian ini. Hal itu terlihat jelas karena dia tak berani menunjukkan wajahnya di hadapan orang-orang.
Grace mengambil kursi dan menyilahkan Hoshi untuk duduk, sementara dia dan yang lain keluar untuk memberikan kesempatan Aimee dan Hoshi berbicara.
“Kamu gak kenapa-kenapa kan, Shi ?” tanya Aimee membuka pembicaraan.
“Bodoh !” cela Hoshi pada Aimee “Kenapa lo harus nolong gue ? kenapa lo mengorbankan diri lo demi gue ? kenapa lo ga biarin gue aja yang…”
“husstt ! kamu ga boleh menyesali apa yang sudah terjadi. Biarlah semua itu berlalu dan anggep aja itu ucapan terima kasihku”
“Ucapan terima kasih ?”
“Kamu adalah orang yang selama ini aku cari” ucap Aimee lirih.
“maksud lo apaan sih ? gue ga ngerti”
“Makasih ya udah buat hariku indah dengan surat misteriusmu”
Deg ! Mengertilah Hoshi dengan apa yang saat ini dibicarakan Aimee.
“Darimana…”
“Huruf awal dari surat misteriusmu” Aimee langsung menjawab tanpa menunggu pertanyaan usai “Dan juga, Kak Kenzhi sudah menceritakan semua”
Hoshi terdiam. Dia senang karena Aimee akhirnya tahu dialah pengirim surat misterius itu. Tapi, dia juga geram karena tanpa sepengetahuannya, kak Kenzhi telah menceritakan semuanya kepada Aimee.
“Aimee…” Akhirnya Hoshi angkat bicara setelah cukup lama terdiam “Gue tahu, gue bukan orang yang perfect. Dan gue juga bukan orang yang baik buat lo. Tapi gue janji, gue akan slalu menjaga dan melindungi lo apapun yang terjadi” Hoshi menghela napas sejenak “Na… saranghae, Aimee”
Aimee sedikit terhenyak dengan kalimat yang keluar dari mulut Hoshi. Namun, karena lelah atau mungkin terlalu lama menunggu Hoshi berbicara, Aimee tertidur. Hoshi yang sudah susah payah mengatur napas dan melembutkan gaya bicaranya hanya bisa menghela napas panjang. Tapi, tiba-tiba Dokter kenzhi yang juga kakak Hoshi masuk ke ruang rawat Aimee.
“Hoshi” panggilnya “ada titipan buat kamu…”
Hoshi menerima sebuah kotak kecil berwarna biru muda. Perlahan-lahan dia membukanya. Sebuah jam tangan bergambar foto Aimee di dalamnya dan ada sepucuk surat.

                                                                                                       

Dia mengambil surat tersebut dan langsung membacanya.

Untuk Hoshi cahya cinta penyejukku…
           
Makasih.
Sudah lama aku mencarimu. Orang yang telah membuat hariku cerah dengan surat misterius yang penuh cinta. Aku senang sekali membaca setiap kata yang kau goreskan dalam suratmu. Penuh makna dan memercikkan kedamaian setiap orang yang membacanya.
Hoshi… Aku tahu itu kau. Meski tak satupun orang yang memberitahuku. Karena dalam suratmu, tertulis jelas kaulah pemilik goresan tinta itu.
Aku senang bisa mengenalmu. Walaupun hari-hari kita selalu dipenuhi dengan celaan dan pertengkaran, aku sangat menikmatinya. Kamu tau kenapa ? karena sudah lama aku tak bisa merasakan semua itu. Aku bisa tertawa lepas ketika mengingatnya. Dan karena itu pula, kamu berhasil menghancurkan gembok yang telah lama bertengger di hatiku.
Hoshi…
Aku senang kamu selamat saat tragedi itu. Dan aku bahagia dengan darahmu yang kini mengalir di tubuhku. Aku tak bisa membalasnya. Kamu orang terbaik yang aku kenal. Makasih untuk semuanya Hoshi…
Dalam setiap langkahmu, kuharap kau slalu mengingatku. Karena bumi yang luas ini, tak mengizinkan aku untuk melangkah lebih jauh lagi. Relakan aku pergi menjelajahi ruang baru yang lebih abadi. Tentu saja ini bukan kehendakku, ini sudah tertulis dalam garis hidupku. Kau pria yang kuat dan tangguh. Aku yakin, kamu bisa melewati semua ini.  Kau tahu ? aku selalu tersenyum dan bahagia ketika mengingatmu. Tapi sangat berat rasanya menulis surat ini, karena aku tahu aku harus meninggalkan kamu untuk selamanya.
Selamat tinggal Hoshi…
Kau adalah cahya cinta penyejuk buatku. Maaf karena aku tak bisa menemani dan membangun istana cinta bersamamu. Tapi satu hal yang harus kamu tau… AKU JUGA MENCINTAIMU, HOSHI…
“Dengan nadimu, kau torehkan darah dalam jiwaku. Kau alirkan cinta di jantungku dan kau lukiskan istana dihatiku”
Kenanglah aku selamanya… Hoshi.
                                                                                              
                                                                                               Aku yang slalu mencintaimu
                                                    Aimee
Hoshi bergetar membaca surat Aimee. Dia seolah tak percaya dengan semua ini. Aimee telah meninggalkan dunia untuk selamanya.
“Aimee…!” teriak Hoshi menggoyang-goyangkan tubuh Aimee “Aimee bangun…” Ucapnya lirih.
Satu persatu air mata jatuh membasahi pipi Hoshi. Disaat ia baru saja merasakan cinta, bersamaan dengan itu dia harus merasakan sakit yang teramat dalam.
“Selamat jalan, Aimee…” Ucap Hoshi dalam tangisnya. Semua orang yang melihat tak kuasa menahan air mata.
Aimee telah pergi untuk selamanya. Mengarungi keabadian yang sesungguhnya. Dan Akhirnya, dia mendengar kata itu lagi di akhir hidupnya.
“na saranghae… Aimee”

*** TAMAT ***

Surat misterius Hoshi :

Surat pertama :
Setiap saat berjumpa, tapi tak bisa saling menyapa. Hanya ruang hampa, tempatku memandangnya.

Surat kedua :
Hadirmu selalu mendamaikan jiwa, menghempaskan udara yang sulit untukku mengartikannya.

Surat Ketiga :
Indahnya hari semakin lengkap, dengan senyummu yang anggun dan damai.

Surat keempat :
Hanyalah keramahanmu, yang membuatku jatuh dan tenang bila memandangmu.

Surat kelima :
Oh bintang, tetaplah kau disana. Menerangi dan menghiasi hari-hari indahku. ^_^