“na saranghae... Aimee”
Ucapan itu kini tak akan pernah lagi
terdengar di telinga Aimee. Karena Shino, orang yang selalu membisikkan
kata-kata itu telah meninggalkan dia untuk selama-lamanya. Dengan kesedihan
yang masih terus menggelayuti hatinya, Aimee memandang gundukan tanah
dihadapannya. Tempat peristirahatan terakhir Shino.
“Shino… bagaimana kabarmu disana?” Aimee
seolah mengajak Shino untuk berbicara “mianhae… aku ga bisa mengunjungi kamu
lagi.. besok aku akan kembali ke Indonesia” ucapnya sambil menundukkan
pandangannya.
Tak terasa satu persatu air mata Aimee
jatuh membasahi tanah dihadapannya. Sungguh berat baginya untuk meninggalkan
orang yang sangat berarti untuknya selama ini. Dia sudah mengenal Shino jauh
sebelum dia di Korea. Sebenarnya mereka sama-sama berasal dari Indonesia, hanya
saja mereka melanjutkan study di Korea dan menetap disana. Bagi Aimee, Shino
adalah sosok yang sempurna. Shino selalu bisa mengubah hal sederhana menjadi
mempesona. Dia juga selalu hadir saat Aimee butuh. Dia memang benar-benar sosok
seorang kekasih yang setia. Tapi sayangnya Shino harus terlebih dahulu
meninggalkannya. Shino menderita kanker otak stadium akhir dan dia merahasiakan
ini dari semua orang.
Sehari sebelum Shino pergi, dia mengajak
Aimee mengunjungi Chunggaecheon Stream Park, sebuah taman yang berada
di tengah kota dengan sungai yang mengalir dan di atasnya terdapat sebuah
jembatan. Dia dan Aimee menghabiskan hari itu disana. Setelah itu, Shino
mengajak Aimee makan kimchi. Dan saat itu menjadi saat terakhir Aimee makan
kimchi bersama Shino. Sempat ada firasat yang mampir dihati Aimee. Dia merasa
seolah dia ingin selalu bersama Shino, entah mengapa dia tak tahu. Tapi dia
seolah merasa Shino akan meninggalkannya. Dan hal itu terbukti keesokan harinya
saat Aimee mendapatkan kabar bahwa Shino telah pergi untuk selamanya. Shock dan
tak percaya, baru kemarin Shino mengajaknya pergi tapi sekarang dia sudah
tiada. Betapa hancur perasaan Aimee saat itu, bagaikan pecahan piring yang
berkeping-keping.
“na saranghaseyo…
Shino” ucap Aimee dalam hatinya.
Aimee tersadar dari lamunan panjangnya.
Dia berdiri dan tak lupa sebelum meninggalkan makam Shino dia berdo’a.
“nol kuriwohal goya…” ucapnya lirih.
Setelah berucap demikian Aimee
melangkahkan kakinya untuk pergi.
……………………………………………………….
Matahari
sudah beranjak dari peraduannya. Begitupun dengan Aimee. Saat ini, dia sudah
berada di airport. Dia akan kembali ke Indonesia. Dia ingin melupakan apa yang
telah terjadi disini, namun dia sendiri tak yakin bisa melakukannya.
Aimee
berjalan memasuki pesawat yang akan membawanya terbang ke Indonesia. Sebelum
benar-benar memasuki pesawat, sekali lagi dia menoleh ke belakang. Dia
menghirup udara dalam-dalam, udara Korea yang sebentar lagi tak dia rasakan
lagi.
“norul
hangsang saranghal goya, Shino… annyeonghi gyeseyo…” ucap Aimee pelan sambil
memasuki pesawat.
……………………………………………………….
Aimee
menghirup udara Indonesia, sangat berbeda dengan Korea. Meskipun begitu, dia
berharap suasana yang berbeda akan membuatnya mudah melupakan Shino meski tak
sepenuhnya.
“Aimee!”
teriak seseorang memanggil namanya. Dia sangat mengenal pemilik suara ini, dan
benar memang dia.
“Daniel!”
teriak Aimee balik sambil memeluk sepupunya itu.
“gimana kabar
kamu? Aku kangen lagi sama kamu!” kata Daniel setelah melepaskan pelukannya.
“kamu bisa
lihat sendiri!” jawab Aimee “aku juga kangen sama kamu…”
Daniel ingin
bertanya tentang Shino, tapi sejurus kemudian dia teringat pesan Mama Aimee
untuk tidak bertanya soal kepergian Shino. Dia juga tidak ingin sepupunya itu
bersedih lagi.
“ya udah,
kita pulang yuk! Lagian pasti kamu juga capek!” ajak Daniel.
“oke!”
Selama di
Indonesia, Aimee akan melanjutkan sekolahnya di sekolah yang sama dengan
Daniel. Dan dia mulai masuk esok hari.
Malam ini
Aimee keluar dari kamarnya di lantai dua. Kebetulan di depan kamarnya ada
ruangan terbuka yang cukup luas dan dulu sering dia gunakan untuk memangdang
bintang. Selain itu, dia juga sering menggunakan tempat ini untuk belajar atau
melampiaskan hobbinya bermain keyboard dan menulis.
Seandainya kamu masih ada. Aku tak akan
kesepian Shino. Meski sekarang aku berada di Indonesia, tapi aku tak bisa
melupakan semua kenangan tentangmu. Setiap kali aku memandang bintang di
langit, aku selalu teringat kamu.
……………………………………………………….
Aimee dengan pasti melangkahkan kaki memasuki sekolah barunya. Dengan
suasana baru dan teman-teman baru, dia mencoba untuk memulai kehidupan barunya.
Pagi ini dia tidak ditemani Daniel karena memang Daniel harus berangkat lebih
pagi untuk menyelesaikan urusannya. Semua orang yang dilewatinya memandang
kearahnya, mungkin mereka heran melihat ada orang asing yang masuk ke sekolah
mereka. Aimee memberikan senyum kepada setiap orang yang melihat kearahnya.
Meskipun dia belum mengenal semuanya tapi dia mencoba menyesuaikan diri disini.
“hai! Kamu murid baru ya disini?” Tanya salah seorang siswi yang
bertemu dengan Aimee.
“iya benar” jawab Aimee lembut “maaf, ruang kepala sekolah di sebelah
mana ya?” Tanya Aimee.
“oh, di sebelah sana!” tunjuk siswi itu “ayo kuantar!” tawarnya.
Dengan senang hati Aimee menerima tawarannya.
“ini ruangannya” kata siswi itu “oh ya, aku Chia!” lanjutnya
memperkenalkan diri.
“Aimee..! makasih ya Chia” balas Aimee
“iya sama-sama, kalo gitu aku ke kelas dulu ya.. see you!” pamit Chia
sambil tersenyum kearah Aimee.
Dengan perlahan Aimee mengetuk pintu kepala sekolah dan terdengar suara
yang mempersilakannya masuk. Aimee langsung memperkenalkan diri dihadapan
kepala sekolahnya. Dengan wajah yang senang dan bahagia kepala sekolah memeluk
Aimee. Aimee heran mengapa kepala sekolahnya tiba-tiba memeluknya. Akhirnya dia
tahu ternyata kepala sekolahnya itu adalah sahabat karib Mamanya dulu, dan
sampai sekarangpun masih tetap berhubungan. Makanya beliau langsung memeluk
Aimee begitu mendengar namanya. Beliau bersikap demikian karena memang sudah
lama tak bertemu dengan Mama Aimee.
“Kebetulan hari ini sekolah kita ada acara friendship relation Aimee,
jadi jangan heran kalau pagi ini kalian free” kata Mrs. Wisha, memberitahu.
“kalau boleh tahu friendship relation itu acara apa Mrs.?” Tanya Aimee
yang memang belum tahu.
“acara ini sebenarnya acara tahunan GISHS (Garuda International Senior High
School). Acara ini ditujukan untuk mengembangkan bakat yang dimiliki
siswa-siswi, semacam pentas seni. Mereka bebas menampilkan kelebihan mereka dan
mereka juga bisa saling mengenal dari masing-masing kelas. Siswa dari kelas
dance bisa mengenal siswa lain dari kelas music begitupun sebaliknya, atau
mungkin kelas yang lainnya juga” terang Miss Wisha panjang lebar.
“oh begitu” Aimee menanggapi “berarti mereka sudah mempersiapkan itu
jauh-jauh hari dong Miss?”
“tidak juga Ai.. disini para siswa ditantang mengembangkan bakatnya
secara dadakan. Siapa yang mau langsung maju untuk tampil” Mrs. Wisha
menjelaskan.
Aimee semakin kagum dengan GISHS, dia tidak menyangka ada sekolah yang
benar-benar membantu para siswanya untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya,
disamping pelajaran pokok yang diterima.
“kamu sudah tahu kelas kamu dimana Ai?” Tanya Mrs. Wisha.
Aimee tersenyum mendengarnya “belum Mrs”
“kalau begitu ayo Mrs antar” kata Miss Wisha kemudian.
Suasana GISHS sepi, hanya beberapa siswa saja yang terlihat
berkeliaran. Mungkin mereka panitia acara friendship relation yang tadi
disebutkan oleh kepala sekolah. Siswa yang lain ada di kelas masing-masing
untuk mempersiapkan apa yang akan mereka tampilkan atau mungkin hanya akan
menjadi penonton saja.
Aimee mengikuti Mrs. Wisha menuju kelasnya. Disini dia masuk di kelas
music. Dia memang sudah menguasai bidang ini dari dulu. Ini juga tidak lepas
dari campur tangan Shino yang mengenalkannya pada keyboard yang sampai saat ini
terus dia geluti.
Suasana kelas gaduh dan tampak beberapa siswa bergerombol. Begitu Mrs.
Wisha dan Aimee masuk, suasana langsung hening dan tertib.
“siswa sekalian, pagi ini kalian kedatangan teman baru yang merupakan
pindahan dari Korea” Kata Mrs. Wisha “Aimee, silakan perkenalkan diri kamu!”
perintah Mrs. Wisha kemudian.
“selamat pagi..!” ucap Aimee memulai perkenalannya
“pagiiiiii” jawab para siswa serempak
“hai,! Aku Aimee, semoga aku
bisa menjadi teman kalian disini”
Cukup singkat perkenalan Aimee. Tapi meninggalkan kesan tersendiri bagi
penghuni kelas music. Mereka senang dengan kedatangan Aimee dan langsung
memberikan penyambutan khas kelas music.
“welcome to our paradise Aimee!” teriak salah satu siswa yang membuat Mrs.
Wisha, Aimee dan siswa yang lain tertawa.
Mrs. Wisha mempersilakan Aimee untuk menempati bangkunya dan langsung
meninggalkan kelas music untu mengecek persiapan friendship relation.
……………………………………….
Jam delapan tepat, para siswa menuju halaman untuk meramaikan
friendship relation. Diantara sekian banyak siswa, tampak mereka yang sudah
siap dengan kostumnya. Aimee dan teman-teman barunya, Nicka, Firsya, Gabriel,
Marvin dan Chelom mengambil posisi di deretan kursi nomor dua tepat di depan
panggung.
“kalian ga mau tampil?” Tanya Aimee pada teman-temannya.
“lihat nanti aja Ai, kalo emang ada kesempatan ya tampil” Gabriel yang
menanggapi. Kelima teman baru Aimee itu memang tergabung dalam satu band yang
mereka namakan ‘star’ dan cukup terkenal di GISHS.
“kamu sendiri ga pengen tampil Ai?” Tanya Firsya tiba-tiba.
“aku kan baru disini” jawab Aimee.
“emang ada aturannya murid baru ga boleh tampil?” celetuk Gabriel.
“hemm.. lihat nanti aja!” Aimee tersenyum menanggapi.
Acara friendship relation sudah dimulai sekitar sepuluh menit yang lalu
dan dibuka langsung oleh Kepala Sekolah. Banyak sekali siswa dari masing-masing
kelas yang mununjukkan bakat mereka, mereka menampilkan sesuai dengan kelas
mereka. Jam sudah menunjukkan pukul 11.00. tapi penampilan-penampilan menarik
masih terus hadir mengisi acara. Tiba saatnya teman-teman Aimee tampil. Mereka
cukup bagus dan tidak heran kalau mereka terkenal di GISHS. Dan sepertinya
mereka menjadi yang terakhir tampil.
“oh… ternyata ada tambahan waktu yang diberikan oleh Mrs. Wisha” ucap
sang presenter menginformasikan “siapa lagi yang mau tampil?” tawarnya kepada
para siswa.
Tidak ada yang mengacungkan tangan. Tapi tiba-tiba Aimee berdiri dan
langsung berjalan menuju panggung. Teman-temannya langsung bersorak memberikan
dukungan kepada Aimee.
“iya.. Ternyata masih ada yang mau menampilkan bakatnya” kata sang
presenter dengan antusias “sepertinya anda murid baru disini?”
“iya benar, saya Aimee”
“oke! Tunjukkan pesonamu Aimee!” teriak presenter dan disambut tepuk
tangan meriah oleh para penonton.
Tanpa banyak cakap Aimee dengan lihai memainkan keyboardnya dan sebuah
lagu Korea meluncur dari mulutnya.
*playing
: (Sistar_Should I Confess)
Tepuk tangan meriah menyudahi penampilan
Aimee. Semua orang tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Tanpa persiapan
apapun, seorang murid baru mampu menampilkan permainan yang indah dan memukau.
Aimee langsung turun dari panggung dan
menuju teman-temannya yang masih terkagum-kagum dibuatnya.
“yeah… Aimee!” sambut teman-temannya
histeris.
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang
mengawasi sejak tadi dibelakang mereka. Diam-diam dia memendam kekaguman kepada
Aimee.
……………………………………………………….
Sejak tampil di friendship relation,
nama Aimee semakin dikenal banyak siswa di GISHS. Dari senior maupun junior
mengenalnya. Mereka menganggap Aimee adalah selebriti baru di GISHS. Sungguh
penghargaan yang tak pernah disangka oleh Aimee sebelumnya.
“hai Ai..!” sapa para siswa saat Aimee
lewat.
Seperti biasa, sebelum memasuki kelas
Aimee menghampiri lokernya untuk sekedar mengambil barang-barangnya. Saat
membuka lokernya, Aimee dikejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba saja menutup
kembali lokernya. Aimee memandang kearah orang itu, salah satu seniornya yang
terkenal dengan kecentilannya. Mereka saling memandang tajam satu sama lain.
“oh, jadi lo anak baru yang sok itu?”
ucapnya sambil memandang sinis kearah Aimee.
“maaf, maksud kamu apa ya?” tanya Aimee
lembut.
“udah deh, gue ga mau basa basi” katanya
“gue ingetin sama lo! Lo ga usah deh sok-sokan jadi superstar dan nyari perhatian
siswa-siswa disini.. lo tu siswa kemaren sore, ga usah macem-macem sama gue
kalo lo ga mau dikeluarin” lanjutnya sambil berkacak pinggang.
“emang kamu siapa? Pemilik GISHS?
sehingga bisa mengeluarkan siswa seenaknya?” Tanya Aimee dengan tenangnya.
“berani ya lo sama gue?” ucap siswi itu
dengan penuh emosi.
“kamu bukan tuhan yang harus ditakuti..”
jawab Aimee santai.
Hampir saja tangan siswi itu menyentuh
pipi mulus Aimee. Tapi, seorang siswa menghalanginya. Siswa itu mencengkeram
tangan siswi itu dan melepasnya dengan kasar.
“sebelum bertindak lo harusnya berpikir?
Apa pantes kelakuan lo seperti ini kepada anak baru?” tanya siswa itu yang
cukup membuat siswi itu terbungkam dan akhirnya pergi meninggalkan Aimee dan
siswa itu.
“makasih” ucap Aimee sambil tersenyum
ramah.
“iya, sama-sama” balas siswa itu “jangan
heran, dia memang sok berkuasa disini” lanjutnya.
“oh..” gumam Aimee
“Aditya”
“Aimee,!” ucap Ai. “sekali lagi makasih,
aku mau ke kelas dulu” pamit Aimee seraya meninggalkan Aditya.
“tunggu! Kamu di kelas apa?” teriak
Aditya.
“musik” balas Aimee singkat.
Aditya memandang kepergian Aimee. Meski
baru pertama kali dia bertemu dengan Aimee, dia merasa cukup dekat dengannya.
Karena dia seperti menemukan sosok yang telah lama hilang dari hidupnya. Siapa
dia? Hanya Aditya yang bisa menjawabnya
……………………………………………………….
Semakin hari Aditya dan Aimee semakin
dekat. Hampir setiap hari mereka selalu melakukan aktivitas bersama meskipun
Aditya adalah senior Aimee. Namun, Aimee menjadikan ini kesempatan dia untuk
mempelajari bidang yang kini dia geluti bersama orang yang sudah lama
berkecimpung didunia musik ini.
Selain belajar dan bermain musik
bersama, Aimee dan Aditya juga banyak berbagi cerita. Dan dari situ Aimee dan
Aditya bisa mengenal satu sama lain. Sebelumnya Aimee tak pernah terbuka dengan
orang yang baru dikenalnya, bahkan sampai menceritakan kehidupan pribadinya.
Aimee merasa dia menemukan kembali sosok Shino dalam diri Aditya, orang yang
menurutnya nyaman diajak bicara.
Tak terasa jam istirahat hampir usai.
Aimee segera menuju kelasnya. Namun, sebelumnya dia menghampiri lokernya untuk
mengambil beberapa buku. Ketika membuka loker, ada yang jatuh dihadapannya.
Sebuah kertas berwarna biru muda. Aimee mengambil kertas itu dan membacanya.
Setiap
saat berjumpa, tapi tak bisa saling menyapa. Hanya ruang hampa, tempatku
memandangnya.
Aimee membolak balik kertas itu, namun
dia tak menemukan siapa pengirimnya. Dengan tanda tanya yang besar dikepalanya,
dia melipat kertas itu dan menyelipkan dalam buku yang dibawanya lalu menuju
kelas karena bel masuk sudah berbunyi.
Keesokan paginya Aimee kembali menemukan
sebuah kertas di lokernya. Hal ini berulang sampai hari ke lima. Pada hari ke
enam Aimee tak menemukannya lagi. Padahal dia sangat mengharap akan
menemukannya kembali.
BRUK! Aimee menabrak seseorang. Keduanya
terjatuh. Tapi secepat kilat keduanya sudah bangun kembali.
“heh.. kalo jalan pake’ mata!” hardik
siswa itu.
“dimana-mana jalan itu pake’ kaki ga
pake’ mata!” balas Aimee tenang.
Siswa itu memandang tajam Aimee dari
ujung rambut sampai kaki “oh.. jadi loe yang namanya Aimee, murid baru yang pindahan
dari Korea itu”
“iya, kenapa?”
“ga kenapa-kenapa, heran aja! Kok aneh
ya udah enak hidup di Korea, loe malah pindah kesini. Atau jangan-jangan…”
Secepat kilat Aimee memotong kalimat
siswa itu “ga usah mikir yang macem-macem ya… aku pindah kesini tu karena…”
Aimee tak meneruskan ucapannya, air matanya sudah mengintip di pelupuk matanya.
Namun dia menahannya agar tidak jatuh. Dia tak sanggup mengatakan alasannya.
“karena..?” siswa itu tampak penasaran.
“bukan urusan kamu!” sambar Aimee cepat.
Ya
Allah… kenapa aku harus ingat kembali masalah ini? Aku sudah hampir
melupakannya. Meskipun belum sepenuhnya. Mengapa cowok ini harus mengungkit
masalah kepindahanku ini? Dia semakin menjadikan aku sulit untuk melupakan Shino.
Ya Allah… bantu aku..
Aimee dan siswa itu masih saling
memandang tajam. Kalau saja Aditya tidak hadir ditengah-tengah mereka, mungkin
kejadian itu akan memanas.
“Ai, Hoshi! Ngapain kalian liat-liatan
kayak gitu?” heran Aditya.
“dia tu!” keduanya berkata hampir
bersamaan.
Aditya kembali memandang keduanya
bergantian.
“ya udahlah Kak Adit, ngapain ngurusi
hal ga penting kayak gini?” kata Aimee sambil menarik Aditya untuk pergi.
“dasar macan Korea!” umpat siswa yang
bernama Hoshi itu ketika Aimee dan Aditya sudah beberapa langkah menjauhinya.
“daripada lo buaya bermuka angsa!” Hoshi
kaget mendengarnya, dia mengira Aimee tak menangkap apa yang baru saja
dikatakannya.
……………………………………………………….
Setiap hari Aimee dan siswa yang bernama
Hoshi seringkali bertemu. Dan setiap kali bertemu adu mulut tak dapat
dihindari. Meski itu di tempat umum seperti kantin, taman atau bahkan depan
kelas Aimee.
“bisa ga sih berhenti manggil aku macan
Korea?” protes Aimee.
“masih untung gue kasih embel-embel
Korea dibelakangnya, bukan rimba” sanggah Hoshi.
“emang bener ya buaya bermuka angsa”
Aimee nampak kesal dibuatnya.
“lo ga bosen ya panggil gue dengan nama
itu!”
Aimee tersenyum mendengar kalimat yang
dilontarkan Hoshi “ga ada undang-undang yang melarang kan? So?”
“Ai! Ayo ikut!” ajak Daniel yang
tiba-tiba sudah menarik tangan Aimee.
Hoshi hanya memandangi kepergian mereka
dengan tatapan yang masih mengharapkan Aimee ada dihadapannya.
“ada apa Dan?” tanya Aimee ketika sudah
sampai di taman sekolah.
“ntar malem disini ada pameran seni,
jadi jangan kemana-mana!” ucap Daniel.
“jadi kamu jauh-jauh ngajak aku kesini
cuma mau bilang itu doang?” Aimee tak habis pikir.
“belum selesai!”
“ha?” Aimee memandang Daniel dengan
tatapan bertanya-tanya.
“kamu masuk dalam jajaran pengisi acara
malam ini”
“what??” pekik Aimee kaget.
“udahlah Ai, kamu itu bisa. Aku yakin
kamu bisa! Kamu bisa mengandalkan keahlianmu memainkan keyboard” Daniel
berusaha menenangkan Aimee.
“tapi masalahnya Dan…”
“belom persiapan? Ai.. apa waktu
friendship relation kamu ada persiapan?” Daniel langsung mematikan Aimee dengan
pertanyaan yang ga akan bisa dia jawab.
“oke deh, tapi jangan salahin aku kalo
hasilnya ga maksimal!”
………………………………………………………
Malam ini, Aimee terlihat sangat cantik
dengan balutan gaun warna biru muda dan sepatu yang senada. Semua orang tampak
terkesima dengan permainan jemarinya diatas keyboard. Tepuk tangan bergemuruh
ketika dia menyudahi permainannya. Dan perfect !! dia berhasil menyelesaikan
tugasnya.
Ketika Aimee turun dari panggung, tak
sengaja pandangannya tertuju pada seseorang berpakaian merah. Bukan pada orang
itu, tetapi pada stand yang ada dibelakangnya. Karena stand itu akan roboh.
Tanpa memikirkan apapun, Aimee berlari. Mencoba menyadarkan orang itu akan
bahaya yang mengancamnya. Namun sayang, orang itu tak mendengarnya. Dengan sisa
kekuatan yang dimilikinya, Aimee mendorong orang itu.
“Awaassss !!!”
BRUK !!
Hanya dalam hitungan detik, stand
tersebut sudah rata dengan tanah. Dan Aimee berhasil menyelamatkan nyawa orang
itu. Namun, sejurus kemudian…
“Aimee !!!” teriak orang itu histeris.
Dia mengguncang-guncangkan bahu Aimee.
Tapi nihil, tak ada reaksi apa-apa. Dia baru menyadari ada aliran darah dari
kepala Aimee. Dengan sigap dia menggendong Aimee dan langsung membawanya ke
rumah sakit terdekat.
“Aimee bertahan !!! gue yakin lo orang
yang kuat !! bertahan Ai..” ucap orang itu sepanjang jalan.
“Van !! lo bisa ga sih lebih cepet ?!”
teriak orang itu menyuruh temannya.
“ini udah termasuk cepet Hoshi !!”
Tak lama kemudian mereka sudah sampai di
rumah sakit. Hoshi langsung membawa Aimee ke ruang UGD untuk mendapatkan
pertolongan. Sayang, Hoshi tak bisa masuk, dia hanya menunggu diluar.
Hoshi merasa sangat bersalah. Karena
dirinya, orang lain menjadi celaka. Dia memandang tangan dan jaketnya yang
sebagian terkena darah Aimee. Dia khawatir terjadi apa-apa dengan Aimee.
“Ya
Allah… aku mohon selamatkan Aimee… aku mohon.. tolong Ya Allah..”Hoshi terus
menerus mengucap do’anya.
“Hoshi !!” Vano temannya baru kembali
usai memarkir mobil.
“gue bodoh Van, gue udah buat orang lain
celaka!” kata Hoshi mencela dirinya sendiri.
“lo jangan ngomong gitu, ini terjadi
bukan gara-gara lo !!” Vano duduk disamping Hoshi dan mencoba menenangkannya.
“kalo bukan gara-gara gue siapa lagi ?
Aimee seperti ini karena dia ingin nolongin gue Van !!” Hoshi masih tak terima.
“udahlah Shi.. yakin kalo Aimee
baik-baik aja!”
Dokter membuka pintu UGD membuat Hoshi
dan Vano berdiri.
“pasien kehilangan banyak darah,
sementara stok di rumah sakit ini habis.. tapi PMI akan segera….”
Hoshi memotong pembicaraan dokter “apa
golongan darah Aimee ?”
“AB!”
“ambil darah saya !!” pinta Hoshi.
“kalo begitu mari ikut ke lab!”
Tak butuh waktu lama, Hoshi sudah
kembali dari lab. Dia tidak mau mendengarkan nasehat dokter untuk beristirahat
sejenak karena baru saja dia kehilangan darah.
“Hoshi !!”
BUGH !! sebuah pukulan keras mendarat
tepat di pipi kiri Hoshi.
“ngapain lo disini ? belom puas lo bikin
sahabat gue celaka ?” Tanya Aditya sengit “kalo sampai ada apa-apa dengan
Aimee, lo orang pertama yang gue cari”.
Hoshi diam tak bereaksi.
“hei ! kalian ini apa-apaan sih ?
sekarang bukan waktu yang tepat untuk kalian adu kesaktian. Mending kita semua
berdo’a untuk Aimee !” Vano mencoba melerai keduanya.
Aditya melepaskan cengkeramannya di
leher Hoshi dan menyandarkan tubuhnya ke dinding rumah sakit. Dengan perasaan
terpukul Aditya memejamkan mata dan berdo’a semoga tidak terjadi sesuatu kepada
Aimee. Begitu pula dengan Hoshi dan Vano. Tampak mereka khusuk dalam do’a
masing-masing.
Ditengah kekhusukan mereka, datang
Daniel dengan ditemani Grace, kakaknya.
“gimana keadaan Aimee ?” Tanya Daniel
dengan raut wajah panic. Kakaknya pun tak kalah panic dengannya.
“dia masih di dalam, kami juga belom tau
keadaannya gimana” Vano yang menjawab.
Daniel memandang lewat kaca pintu UGD,
namun tak berhasil melihat Aimee.
Tak berapa lama kemudian, terdengar
pintu terbuka. Semua yang ada disana langsung mendekati dokter yang keluar.
“gimana keadaan adik saya Dok ?” Tanya
Daniel dan Grace hampir bersamaan.
“pasien sudah stabil dan akan segera
dipindahkan ke ruang perawatan” Dokter memandang Hoshi sekilas. Dia mengkode
Hoshi dengan matanya agar menemui di ruangannya.
Hoshi menyelinap untuk menemui dokter
tersebut. Tanpa mengetuk ataupun menunggu dipersilahkan Hoshi langsung masuk
dan duduk di depan dokter itu.
“Hoshi, kenapa kamu ga jujur saja kalau
kamu yang mendonorkan darah untuk Aimee ?” Tanya dokter.
“Kak, apa perlu gue ngumbar segala
sesuatu yang gue lakuin ?” Hoshi bertanya balik dengan memanggil dokter itu
kak.
“Hoshi, apa dia orangnya ?” Tanya dokter
itu yang ternyata adalah kakak kandung Hoshi.
“Maksud lo apaan Kak ?”
“apa dia orang yang selama ini menerima
surat misteriusmu ?”
Hoshi melotot kaget kearah kakaknya.
“Hoshi.. Hoshi.. kamu lupa waktu kamu
nulis surat pernah tertidur dan mendapati ada selimut yang nempel di tubuh kamu
?” Senyum kakaknya.
Memang benar, saat dia menulis surat
misterius untuk Aimee, dia sempat tertidur dan persis dengan apa yang dikatakan
kakaknya. Sebuah selimut menempel di tubuhnya.
……………………………………………………….
Hoshi menyusuri koridor rumah sakit.
Kata-kata dari kakaknya masih mengiang ditelinganya.
“Hoshi,
sebaiknya kamu jujur pada gadis ini. Menurut kakak, dia juga memendam rasa
untukmu. Buktinya, dia rela mengorbankan dirinya demi menyelamatkan kamu” ucap
Kak Arga.
“Apa
gue pantes jadi pacar dia Kak ? kalo belom apa-apa dia udah celaka gara-gara
gue ?”Terdengar nada pesimis dalam suara Hoshi.
“Hoshi..
Hoshi.. mana sesumbarmu dalam setiap surat misteriusmu ??” sindir kakaknya.
Kali
ini Hoshi terdiam membenarkan ucapan kakaknya.
“cepat
ungkapkan, sebelum terlambat !” Kak Arga meninggalkan Hoshi sendiri dalam
ruangan kerjanya.
“Hoshi !” Terdengar suara memanggilnya
“untung ketemu lo disini. Aimee sudah sadar dan dia mau ketemu lo !” lanjutnya.
“Lo serius Van ?”
“Ga, bercanda ! ya iyalah gue serius…”
Belum selesai Vano bicara, Hoshi sudah
berlari meninggalkannya. Dengan sedikit kesal dia juga mengikuti Hoshi menuju
ruang Aimee.
“Masuk, Shi !” perintah Daniel.
Hoshi melangkah dengan berat. Sepertinya
dia masih merasa bersalah dengan kejadian ini. Hal itu terlihat jelas karena
dia tak berani menunjukkan wajahnya di hadapan orang-orang.
Grace mengambil kursi dan menyilahkan
Hoshi untuk duduk, sementara dia dan yang lain keluar untuk memberikan
kesempatan Aimee dan Hoshi berbicara.
“Kamu gak kenapa-kenapa kan, Shi ?”
tanya Aimee membuka pembicaraan.
“Bodoh !” cela Hoshi pada Aimee “Kenapa
lo harus nolong gue ? kenapa lo mengorbankan diri lo demi gue ? kenapa lo ga
biarin gue aja yang…”
“husstt ! kamu ga boleh menyesali apa
yang sudah terjadi. Biarlah semua itu berlalu dan anggep aja itu ucapan terima
kasihku”
“Ucapan terima kasih ?”
“Kamu adalah orang yang selama ini aku
cari” ucap Aimee lirih.
“maksud lo apaan sih ? gue ga ngerti”
“Makasih ya udah buat hariku indah
dengan surat misteriusmu”
Deg ! Mengertilah Hoshi dengan apa yang
saat ini dibicarakan Aimee.
“Darimana…”
“Huruf awal dari surat misteriusmu”
Aimee langsung menjawab tanpa menunggu pertanyaan usai “Dan juga, Kak Kenzhi
sudah menceritakan semua”
Hoshi terdiam. Dia senang karena Aimee
akhirnya tahu dialah pengirim surat misterius itu. Tapi, dia juga geram karena
tanpa sepengetahuannya, kak Kenzhi telah menceritakan semuanya kepada Aimee.
“Aimee…” Akhirnya Hoshi angkat bicara
setelah cukup lama terdiam “Gue tahu, gue bukan orang yang perfect. Dan gue
juga bukan orang yang baik buat lo. Tapi gue janji, gue akan slalu menjaga dan
melindungi lo apapun yang terjadi” Hoshi menghela napas sejenak “Na… saranghae,
Aimee”
Aimee sedikit terhenyak dengan kalimat
yang keluar dari mulut Hoshi. Namun, karena lelah atau mungkin terlalu lama
menunggu Hoshi berbicara, Aimee tertidur. Hoshi yang sudah susah payah mengatur
napas dan melembutkan gaya bicaranya hanya bisa menghela napas panjang. Tapi,
tiba-tiba Dokter kenzhi yang juga kakak Hoshi masuk ke ruang rawat Aimee.
“Hoshi” panggilnya “ada titipan buat
kamu…”
Hoshi menerima sebuah kotak kecil
berwarna biru muda. Perlahan-lahan dia membukanya. Sebuah jam tangan bergambar
foto Aimee di dalamnya dan ada sepucuk surat.
Untuk
Hoshi cahya cinta penyejukku…
Makasih.
Sudah lama aku mencarimu. Orang yang telah membuat
hariku cerah dengan surat misterius yang penuh cinta. Aku senang sekali membaca
setiap kata yang kau goreskan dalam suratmu. Penuh makna dan memercikkan
kedamaian setiap orang yang membacanya.
Hoshi… Aku tahu itu kau. Meski tak satupun orang yang
memberitahuku. Karena dalam suratmu, tertulis jelas kaulah pemilik goresan
tinta itu.
Aku senang bisa mengenalmu. Walaupun hari-hari kita
selalu dipenuhi dengan celaan dan pertengkaran, aku sangat menikmatinya. Kamu
tau kenapa ? karena sudah lama aku tak bisa merasakan semua itu. Aku bisa
tertawa lepas ketika mengingatnya. Dan karena itu pula, kamu berhasil
menghancurkan gembok yang telah lama bertengger di hatiku.
Hoshi…
Aku senang kamu selamat saat tragedi itu. Dan aku
bahagia dengan darahmu yang kini mengalir di tubuhku. Aku tak bisa membalasnya.
Kamu orang terbaik yang aku kenal. Makasih untuk semuanya Hoshi…
Dalam setiap langkahmu, kuharap kau slalu mengingatku.
Karena bumi yang luas ini, tak mengizinkan aku untuk melangkah lebih jauh lagi.
Relakan aku pergi menjelajahi ruang baru yang lebih abadi. Tentu saja ini bukan
kehendakku, ini sudah tertulis dalam garis hidupku. Kau pria yang kuat dan
tangguh. Aku yakin, kamu bisa melewati semua ini. Kau tahu ? aku selalu tersenyum dan bahagia
ketika mengingatmu. Tapi sangat berat rasanya menulis surat ini, karena aku
tahu aku harus meninggalkan kamu untuk selamanya.
Selamat tinggal Hoshi…
Kau adalah cahya cinta penyejuk buatku. Maaf karena aku
tak bisa menemani dan membangun istana cinta bersamamu. Tapi satu hal yang
harus kamu tau… AKU JUGA MENCINTAIMU, HOSHI…
“Dengan
nadimu, kau torehkan darah dalam jiwaku. Kau alirkan cinta di jantungku dan kau
lukiskan istana dihatiku”
Kenanglah aku selamanya… Hoshi.
Aku
yang slalu mencintaimu
Aimee
Hoshi
bergetar membaca surat Aimee. Dia seolah tak percaya dengan semua ini. Aimee
telah meninggalkan dunia untuk selamanya.
“Aimee…!” teriak Hoshi
menggoyang-goyangkan tubuh Aimee “Aimee bangun…” Ucapnya lirih.
Satu persatu air mata jatuh membasahi
pipi Hoshi. Disaat ia baru saja merasakan cinta, bersamaan dengan itu dia harus
merasakan sakit yang teramat dalam.
“Selamat jalan, Aimee…” Ucap Hoshi dalam
tangisnya. Semua orang yang melihat tak kuasa menahan air mata.
Aimee telah pergi untuk selamanya.
Mengarungi keabadian yang sesungguhnya. Dan Akhirnya, dia mendengar kata itu
lagi di akhir hidupnya.
“na
saranghae… Aimee”
***
TAMAT ***
Surat misterius Hoshi :
Surat pertama :
Setiap saat berjumpa, tapi tak bisa
saling menyapa. Hanya ruang hampa, tempatku memandangnya.
Surat kedua :
Hadirmu selalu mendamaikan jiwa, menghempaskan udara yang
sulit untukku mengartikannya.
Surat Ketiga :
Indahnya hari semakin lengkap, dengan
senyummu yang anggun dan damai.
Surat keempat :
Hanyalah keramahanmu, yang membuatku jatuh dan tenang bila
memandangmu.
Surat kelima :
Oh bintang, tetaplah kau disana.
Menerangi dan menghiasi hari-hari indahku. ^_^